Mengirim durian untuk raja
Perjalanan saya ke Indonesia meliputi juga beberapa pertemuan, rapat umum dan pidato. Soekarno adalah seorang orator yang baik dan tampaknya ia suka sekali berbicara di hadapan umum. Saya juga sempat menyampaikan sejumlah pidato.
Di Indonesia saya banyak menghadiri jamuan makan dan diperkenalkan pada berbagai macam jenis makanan yang belum pernah saya lihat. Saya tertarik pada suatu jenis buah yang disebut durian. Bijinya mirip buah kenari, yang mempunyai lapisan tebal dan ditutupi kulit berduri. Buahnya berwarna agak kuning.
Ketika pertama kali dihidangkan buah durian, saya memperhatikan orang-orang Indonesia yang duduk mengelilingi saya semuanya tersenyum dan saling berbisik satu sama lain, seakan-akan bakal terjadi sesuatu yang lucu.
Soekarno mengambil sepotong buah durian dan memberikannya pada saya. Saya mencicipinya, dan mendadak terasa aroma busuk dan menjijikkan, serasa daging busuk. Tapi Soekarno memakannya dengan lahap dan tidaklah sopan bagi saya kalau tidak mencobanya.
Saya tidak mengatakan bahwa rasanya enak, tapi lumayan — selama Anda menutup hidung pada saat memakannya.
Saya bermaksud memberikan oleh-oleh buah yang beraroma aneh itu untuk para kamerad di Moskwa. Kami baru saja membuka penerbangan rutin antara Moskwa — Jakarta. Oleh karena itu saya meminta pengawal untuk mengirimkan beberapa karton durian untuk seluruh anggota dan calon anggota Presidium.
Karena pesawat kami terbang ke Moskwa melalui New Delhi dan Kabul, saya memerintahkan untuk mengirimkan beberapa karton untuk Nehru dan raja Afghanistan.
Baca juga: Dari Soekarno Sampai Si Unyil, Bagaimana Peci Menjadi Ikon Nasional
Beberapa waktu kemudian, Nehru dan raja Afghanistan mengucapkan terima kasih pada saya, tapi mengatakan pada saya bahwa mereka terpaksa membuangnya karena buah tersebut sudah busuk.
Para kamerad saya di Presidium juga mengatakan hal yang sama. Saya tertawa dan mengatakan bahwa buah tersebut tidak busuk, memang aromanya demikian.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR