Mau tapi malu
Sekali waktu dalam perjalanan saya di Indonesia, Soekarno membawa saya beberapa hari ke Bandung, tempat diselenggarakannya Konferensi Bandung. Tempat itu juga dijadikan sebagai tempat peristirahatan pejabat pemerintahan Indonesia. Bandung letaknya di kaki gunung. Karena letaknya tinggi, maka udaranya terasa sejuk.
Selama berada di Bandung, ada sejumlah pesta diselenggarakan dengan iringan musik rakyat setempat. Soekarno adalah seorang yang pandai bergaul. Ia sangat menyukai dansa, sehingga orang lain pun diajaknya berdansa.
Baca juga: Inggit Garnasih, Kartini Terlupakan Di Belakang Soekarno
Saya tidak mau mengatakan kalau saya tidak pernah berdansa. Ketika masih muda, saya malu untuk berdansa, walaupun saya lebih suka melihat orang lain melakukannya. Saya hanya jadi penonton di pinggir, tapi sebenarnya saya ingin juga ikut berdansa.
Yang hanya saya tahu adalah salah satunya yang terkenal di Donbass ketika masih muda. Semua orang berpegangan tangan dan berdansa mengelilingi sebuah lingkaran. Kami, biasanya juga berdansa berpasangan, tapi saya tidak melakukannya, karena monoton.
Pada malam pertama di Bandung, Soekarno berdansa sampai hampir pingsan. Malam kedua, sebelumnya saya memperingatkan dia, "Tuan Presiden, saya tidak mau ikut pesta malam ini, saya lelah dan memang saya kurang menyukainya."
"Anda harus ikut, jika tidak yang lainnya akan tersinggung." Tapi di wajahnya tersungging senyuman, dan barangkali dapat saya katakan bahwa mungkin ia berpikir saya bergurau.
Baca juga: BJ Habibie: Didorong Soekarno Ditarik Soeharto
Kemudian, ketika meja dan kursi disisihkan untuk membentuk sebuah arena dansa, saya mengatakan, "Presiden, saya tidak ingin terjadi suatu kesalahpahaman. Secara serius saya sudah mengatakan pada Anda sebelumnya, saya benar-benar terlalu lelah untuk ikut berdansa. Saya ingin beristirahat sekarang."
Ia melihat pada saya dengan wajah yang terkejut dan mengatakan selamat malam, kemudian berlalu. Sebagian dari delegasi kami tetap bertahan. Saya yakin bahwa pada malam itu Gromyko menjadi tukang dansa nomor satu dari pihak kami.
Soekarno tidak pernah berdansa dengan satu wanita saja. Ia akan mengajak setiap wanita yang dilihatnya. Kalau wanita itu menolak, Soekarno akan memaksanya untuk melantai, walaupun dilakukan secara sopan dan dengan sikap yang lihai sekali. Saya pikir Soekarno terlalu suka berdansa.
Baca juga: Sukmawati Soekarnoputri: Bapak Menangis Karena Mendengar Kabar Pembunuhan Massal Terkait G30S
Di satu pihak mungkin ia ingin menjadi tuan rumah yang baik, tetapi di pihak lain, tampaknya ia terlalu bergairah dengan hiburan semacam ini.
Pada dasarnya saya tidak ingin memberikan suatu gambaran yang keliru. Saya menginginkan pembaca dapat menarik kesimpulan yang tepat. Seperti kita juga, Soekarno punya kelemahan tertentu yang manusiawi. Tapi secara umum saya menyukainya dan terutama menaruh hormat yang mendalam padanya.
Kini walaupun ia telah tersingkir dari gelanggang politik, saya tetap kagum pada pengabdiannya.
Baca juga: Menjelajah Rumah Pengasingan Soekarno di Berastagi (1)
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR