Advertorial

Supertasmar, Inilah Surat Sakti Soekarno untuk Koreksi Kekeliruan Soeharto Menginterpretasi Supersemar

Moh Habib Asyhad

Editor

Sayang, Supertasmar tak pernah berhasil disebarkan ke publik bahkan keberadaannya pun tak jelas dimana.
Sayang, Supertasmar tak pernah berhasil disebarkan ke publik bahkan keberadaannya pun tak jelas dimana.

Intisari-Online.com -Polemik Surat Perintah 11 Maret 1966 selama ini lebih tertuju pada peristiwa yang terjadi di Istana Bogor.

Ketika itu, Presiden Soekarno memberi Supersemar kepada Menteri Panglima Angkatan Darat Letjen Soeharto melalui tiga jenderal, yakni Mayjen Basuki Rachmat, Brigjen Muhammad Jusuf, dan Brigjen Amirmachmud.

Namun, ada sejumlah misteri yang belum terjawab selain keberadaan naskah asli atau beda interpretasi antara Soekarno dan Soeharto tentang Supersemar.

Salah satunya adalah Supertasmar, Surat Perintah Tiga Belas Maret.

Ini merupakan surat perintah yang dikeluarkan Soekarno untuk mengoreksi Supersemar.

(Baca juga:Tentang Dua Versi Diorama Supersemar yang Selalu Diributkan)

Keberadaan Supertasmar ini diungkap kali pertama oleh AM Hanafi dalam buku Menggugat Kudeta Jenderal Soeharto: Dari Gestapu ke Supersemar (1998).

AM Hanafi merupakan mantan Duta Besar RI untuk Kuba pada era Soekarno.

Kelahiran Supertasmar disebut berawal ketika Soekarno marah mendengar kabar bahwa Partai Komunis Indonesia dibubarkan oleh Soeharto. Soekarno menganggap Soeharto melampaui wewenangnya sebagai pengemban Supersemar.

Kekeliruan langkah Soeharto dalam menginterpretasi Supersemar itulah yang memicu Soekarno mengeluarkan Supertasmar.

AM Hanafi menjelaskan, Supertasmar itu berisi pengumuman bahwa Supersemar bersifat administratif/teknis, dan tidak politik. Soeharto juga diminta untuk segera memberikan laporan kepada Presiden.

Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Asvi Warman Adam, mengatakan, Soekarno berusaha menyebarkan isi Supertasmar ke publik. Namun, upaya itu gagal.

"Hanafi disuruh untuk menghubungi beberapa orang dan menyebarkan surat untuk membantah Supersemar. Namun, dia tidak punya jalur lagi," tutur Asvi saat ditemuiKompas.com, Minggu(6/3/2016) pekan lalu.

(Siapa Sangka, Makan Es Krim ketika Sarapan Bagus untuk Kesehatan Mental dan Kewaspadaan)

Hanafi sempat menghubungi mantan Panglima Angkatan Udara, Suryadharma. Namun, Suryadharma mengaku tidak lagi punya saluran untuk menyebarkan surat perintah baru dari Presiden Soekarno itu.

"Pers pun tidak mau memberitakan," tutur Asvi Warman.

Tidak jelas

Hingga saat ini, keberadaan Supertasmar pun tidak jelas. Kepala Arsip Nasional RI Mustari Irawan juga mengakui, lembaganya tidak memiliki naskah atau salinan mengenai Supertasmar itu.

"Kalau Supertasmar, kami tidak ada," ucap Mustari ketika ditemui Kompas.com di kantornya dua tahun yang lalu.

Namun, Arsip Nasional RI juga melacak keberadaan Supertasmar, bersamaan dengan pelacakan Supersemar yang masih misterius. Pelacakan dilakukan, salah satunya dengan mencari di Sekretariat Negara.

(Baca juga:Tembaki Istana Merdeka untuk Bunuh Bung Karno, Pilot AURI Ini Divonis Hukuman Mati tapi Bebas di Era Soeharto)

"Kami juga terus cari di Sekretariat Negara, kan juga menyimpan dokumen," tuturnya.

Seperti apa transisi kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto? Ikuti kronologinya dengan klik ke infografis di bawah ini:

Artikel Terkait