Menjelajah Rumah Pengasingan Soekarno di Berastagi (1)

Tika Anggreni Purba

Editor

Menjelajah Rumah Pengasingan Soekarno di Berastagi (1)
Menjelajah Rumah Pengasingan Soekarno di Berastagi (1)

Intisari-Online.com –Bapak proklamator Indonesia beberapa kali diasingkan, untuk menjalani hukuman sebagai tahanan politik. Beberapa kawasan di Indonesia seperti Ende, Flores dan Bengkulu turut menyaksikan perjalanan hidup Soekarno. Nah, salah satunya ada di kota kecil di Sumatera Utara, Berastagi namanya.

Cantik sekali bunga Bougenville yang berdiri kokoh di pintu masuk rumah bersejarah ini. Bunga yang tumbuh mekar ini menjadi saksi bisu bangunan bersejarah ini, bersama dengan sebuah pohon Beringin yang tumbuh di sekitarnya.

Rumah berwarna putih ini tampak berdiri kokoh. Luasnya kira-kira 20x30 meter ditengah lahan seluas 1,5 Hektar. Dengan atap seng berwarna merah bata, disinilah Soekarno sang bapak bangsa pernah diasingkan. Rumah dengan gaya Belanda kuno ini, awalnya diperuntukkan bagi perwira Belanda diperlengkapi pada masa Indonesia mempertahankan kemerdekaan.

Agresi Militer Belanda II yang menjadi penyebabnya. Pasca agresi, para pejabat pemerintahan diasingkan ke berbagai daerah, setelah ditangkap di Yogyakarta waktu itu. Jumlah mereka ada Sembilan orang, awalnya mereka akan diungsikan ke Pulau Bangka.

Konon, pemberitahuan tempat mereka harus diasingkan, baru diketahui komandan yang mengendalikan pesawat terbang itu, di udara. Waktu itu, tanggal 23 Desember 1948. Sesampainya di Bangka, Soekarno , Agus Salim Perdana Menteri pertama RI dan Sutan Sjahrir Menteri Luar Negeri saat itu tidak diturunkan di sana, mereka diterbangkan ke Medan, Sumatera Utara.

Medan mungkin masih terlalu ramai dan tidak aman untuk dijadikan tempat pengasingan. Maka, mereka diungsikan ke Berastagi, 60 km dari Medan. Pada masa itu, tempat ini masih sangat jauh dari keramaian dan akses menuju tempat ini pun masih sulit. Daerah pengasingan itu, adalah desa Lau Gumba saat ini yang dulunya merupakan kawasan puncak perbukitan di tengah hutan.

Dulu, ditengah perkebunan milik Belanda ada sebuah rumah mewah. Rumah itulah yang kini menjadi bangunan bersejarah, karena Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia pernah tinggal selama 12 hari didalamnya.

Menurut Sumpeno penjaga gedung ini, tak banyak pemugaran dan pengubahan tata letak dari bangunan ini. Sejak Soekarno ada ditempat ini hingga sekarang, tata letak dan perabotnya tetap sama. Tak jelas kapan bangunan ini didirikan, namun yang pasti gaya dan pola rumah ini diperkirakan mode tahun 1800.

Memasuki rumah ini seakan berpindah ke zaman Belanda dulu. Ruang depan yang didesain luas dengan semua perabotan yang merapat ke dinding kayu yang kokoh. Di dinding terdapat beberapa pajangan. Foto Soekarno, Agus Salim dan Sutan Sjahrir yang sedang tertawa menyambut setiap orang yang masuk kedalamnya.

Juga sebuah lukisan Putra Sang Fajar menemani foto usang tersebut. Ada dua patung mini didalamnya, keduanya juga patung replika Soekarno. Suasana historis sangat kental terasa. Ruang demi ruang lainnya dipakai oleh ketiga tokoh nasional ini untuk beristirahat pada masa itu. Perabotan juga terbuat dari bahan serupa rumah, yaitu kayu jati berwarna hitam. Mulai dari lemari, tempat tidur hingga meja makan.

Bersambung ke bagian 2.