Intisari-Online.com -Masih seputar cerita tentang peci, bagi para penyuka dan pembaca karya-karya mengenai Soekarno, pasti mahfum bagaimana peci menjadi salah satu ciri khas presiden pertama RI tersebut.
Soekarno berpeci bahkan jauh hari sebelum dirinya menjadi presiden.
(Baca juga: Sahabat Soekarno Ini Pernah Menghadapi 638 Kali Percobaan Pembunuhan dan Semuanya Gagal, Apa Rahasianya?)
Peci pertama kali dipopulerkan oleh Sukarno sekira 1920-an awal saat berpidato di kongres Jong Java di Surabaya.
Secara tegas Soekarno mengatakan peci adalah simbol nasionalisme yang dia kombinasikan dengan jas dan dasi yang menjadi simbol Belanda.
Setelah itu peci menjadi sangat identik dengan masyarakat pribumi dan bahkan seolah menjadi atribut wajib saat masuk ke ranah birokrasi.
Inggit Garnasih, istri kedua Sukarno, seperti tercatat dalam buku Kuantar ke Gerbang:Kisah Cinta Inggit dengan Soekarno, mempunyai kesan sendiri terhadap peci suaminya tersebut.
“Ia mengenakan peci beludru hitam kebanggaannya, pakaian putih-putih. Cukup tinggi badannya. Ganteng. Anak muda yang pesolek, perlente,” kenang Inggit seperti yang ditulis oleh Ramadhan K. H, penulis buku tersebut.
Tak hanya menjadi ciri khasnya, peci yang dikenakan Soekarno juga dianggap sebagai contoh model pemuda zaman 1940-an. Gambaran itu tertuang dalam cerpen Mas Saleh Sastrawinata yang berjudul Peci.
(Baca juga: Inggit Ganarsih, Kartini Terlupakan Di Belakang Soekarno)
“...gambar Soekarno yang berpeci sambil memegang dagu, menjadi model yang suka ditiru pemuda dan dengan tiada sengaja menjadi alat reklame peci juga. Perasaan persatuan semakin kokoh. Cara berpakaian kedaerahan terdesak dan diganti oleh cara berpakaian nasional, ialah berpeci.” Cerpen ini pernah dimuat di Mimbar Indonesia, Agustus 1948.
Peci bahkan juga merambah ke dunia film dan pertelevisian. Ada Si Doel dalam Si Doel Anak Betawi (1973), ada juga komedian ikonik asal Sunda, Kang Ibing, yang pada tiap penampilannya mengenakan peci dengan gaya miring.
Tak lupa menyebut Si Unyil, meski belakangan mulai akrab dengan laptopnya, tokoh boneka rekaan Pak Raden itu tetap setia dengan pecinya yang khas. (Dari berbagai sumber)