"Apa yang terjadi dengan Anda?" saya bertanya.
"Saya kedinginan," katanya. "Bagaimana Anda dapat bertahan pada udara yang sedingin ini?"
Saya selalu teringat pada pemandangan dan keindahan alam di Indonesia. Terutama pada daerah di sekitar Bogor, tempat Presiden Soekarno mempunyai sebuah istana. Bangunan itu sendiri bekas tempat tinggal seorang Belanda, yaitu bekas gubernur jenderal di Indonesia.
Bangunannya luas dan mewah, jauh lebih bagus daripada Istana Livadia di Crimea. Istana itu dihiasi lapangan luas yang diatur dengan selera Inggris. Rumputnya begitu hijau dan segar.
Baca juga: Meski Menolak G30S, Pernyataan Presiden Soekarno Ini Dianggap Menyakiti Perasaan para Perwira TNI AD
Tidak jauh dari istana ada sebuah museum zoologi. Saya ditawarkan untuk berjalan-jalan ke sana dan saya menerimanya dengan senang hati. Menurut penjelasan, gedung museum itu dibangun oleh seorang berkebangsaan Jerman dan ia tinggal beberapa tahun di Indonesia untuk mengumpulkan reptil, serangga dan satwa lainnya.
Berbagai jenis kupu-kupu warna-warni juga ada di sana. Putra saya, Seryozha adalah seorang pengumpul kupu-kupu dan meminta untuk membawakannya pulang beberapa ekor dari setiap negeri yang saya kunjungi.
Kadang-kadang saya minta bantuan pengawal untuk menangkapkan beberapa ekor dan mereka meneruskannya dengan meminta bantuan pihak keamanan Indonesia untuk melakukannya.
Ketika Soekarno mengetahui bahwa anak saya senang mengumpulkan kupu-kupu, ia lalu berlari-lari untuk mengejar dan menangkap kupu-kupu itu. Saya lihat ia melakukan hal tersebut dengan mata kepala saya sendiri.
Baca juga: Keputusan Soekarno saat di Halim Ini Banyak Dianggap Sebagai Salah Satu Titik Balik Penting G30S
Ia adalah seorang yang menarik, dan sama sekali tidak tersinggung akan gurauan kami tentang Presiden Indonesia yang berburu kupu-kupu untuk putra Khrushchev.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR