Di tengah alun-alun terlihat beberapa sangkar persegi panjang yang masing-masing berisi seekor macan tutul. Peti-peti itu terbuat dari papan-papan kayu yang tak dipaku, melainkan diikat dengan tali rotan; pada papan dasarnya terdapat seutas tali yang ujungnya berakhir di belakang barisan.
Papan bagian depan yang merupakan pintu sangkar, mempunyai tangkai pegangan yang menonjol. Hewan yang mendekam di dalam peti ada dalam keadaan gelap gulita dan hampir tak dapat bergerak sama sekali.
Begitu sang bupati memberikan isyaratnya, keluarlah seorang kyai dari belakang barisan, menuju ke tengah lapangan. la mengenakan kain panjang, tak berbaju, di pinggangnya terselip sebilah keris dan tangannya menggenggam parang.
Pawang macan itu mendekati sangkar pertama lalu menyembah. Lantas ia berdiri di atas peti, menarik pintunya dan mencampakkannya dengan acuh tak acuh ke samping sangkar. Tali pengikat dipotongnya dengan parangnya.
Ia turun dari atas peti dengan tenangnya, lalu berjalan meninggalkan lapangan pelahan-lahan, tanpa memalingkan lagi mukanya ke belakang, seakan tak peduli akan peti dengan penghuninya, sampai ia mencapai tempatnya sendiri didekat bupati.
Baca juga: Agar Kantong Tak Jebol saat Lebaran, Ini Tips Mengatur Uang saat Mudik
Harimau kumbang yang sudah lama berada dalam kegelapan, kini agaknya silau matanya oleh cahaya terang benderang di luar. Ia terdiam beberapa saat — tak lama kemudian nampak ada gerak-gerik pada papan-papan: peti itu lepas berantakan, macannya nampak.
Bagi rakyat jelata, tidak segera munculnya macan karena silau oleh cahaya tiba-tiba yang membuatnya seperti terpukau, bukanlah alasan yang membuat sang pawang meninggalkan lapangan dengan acuh tak acuh.
Di mata mereka kesaktian si Kyai membuat sang macan takut ke luar sebelum pawang itu meninggalkan alun-alun.
Kadang-kadang peti kayu itu terlalu kuat sehingga memakan waktu agak lama sebelum macannya ke luar. Dalam hal ini tali pada dasar sangkar ditarik, sehingga semuanya berantakan.
Macan tutul itu merunduk, merangkak beberapa langkah ke depan, lalu menegakkan tubuhnya. Tak lama lagi ia sadar akan keadaannya, mencoba untuk memperoleh kembali kebebasannya dengan meloloskan diri lewat pagar tombak terhunus.
Baca juga: Ingin Dekorasi Rumah untuk Lebaran? Cobalah Manfaatkan 5 Tanaman Murah Meriah nan Bermanfaat Ini
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR