Ia lari dari sisi satu ke sisi lainnya dan sebab tak melihat suatu lobang untuk meloloskan diri ia melakukan serangan dengan nekat. Mungkin ia telah terkena beberapa tikaman waktu ia terlalu dekat pada mata-mata tombak.
Hal itu membuatnya makin marah. Ribuan mata tombak yang terhunus gemerlapan dalam sinar matahari sungguh merupakan pemandangan yang menakjubkan. Barisan saf kedua dan ketiga juga ikut mengerahkan tombaknya di sela-sela kawan-kawannya di baris terdepan.
Si korban kini mencoba menembus pertahanan salah satu sisi lapangan saja dengan melompat-lompat, seakan mencoba melompati pagar senjata tajam yang diarahkan kepadanya.
Sekali-sekali ia mundur lagi karena terkena, tetapi segera ia makin nekat, lompatannya membabi-buta karena marah dan kesakitan.
Aikhirnya makin banyak dan makin dalam tusukan-tusukan lembing yang mengenai tubuhnya. Ajalnya taik dapat dihindari lagi.
Kadang-kadang terjadi juga bahwa sang macan berhasil menembus juga pagar lembing dan manusia itu. Ini baru pertunjukan yang mengasyikkan.
Sang macan lari menyerbu barisan dengan lompatan: tombak-tombak diarahkan ke atas sedikit untuk menyambutnya di tengah lompatan, tetapi secara tiba-tiba ia mengubah siasat sebelum lawan-lawannya menduga sesuatu ia bertiarap di bawah mata-mata lembing lalu menyelusup di antara kaki pengepungnya.
Tetapi kebebasannya hanya dinikmati dalam waktu singkat. Pak bupati yang sudah siap menghadapi kemungkinan-kemungkinan seperti itu selalu menempatkan beberapa orang penembak tepat di sudu-sudut tertentu.
Setelah berhasil lolos dari tikaman senjata tajam, sebutir peluru menamatkan riwayat sang macan.
Saya sendiri pernah dua kali mengalami peristiwa semacam itu. Di sekitar alun-alun tumbuh beberapa batang pohon beringin tua, yang dahan-dahannya merupakan panggung tingkat balkon bagi rakyat, terutama anak-anak mudanya. Banyak di antara dahan-dahan pohon besar menyemut dengan penonton.
Baca juga: Sebentar Lagi Idulfitri, Beginilah Cara Menghitung Bulan untuk Menetapkan Lebaran
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR