Setelah bupati menyambut dengan pidato balasannya, botol-botol sampanye imulai berletupan dan tamu-tamu membawa gelasnya untuk menyampaikan selamat kepada bupati dan pejabat lainnya. Dengan ini selesailah bagian resmi upacara.
Tibalah waktunya untuk menyaksikan pawai yang indah, yang tujuannya hendak memberikan gambaran tentang hasil pertanian kabupaten itu.
Sebuah gerobak dihiasi dengan daun kelapa muda dan sarat bermuatkan hasil-hasil pertanian, seperti padi, jagung, buah-buahan dan sebabai. Gerobak itu dikawal oleh beberapa orang petani bersenjatakan pacul, arit dan alat-alat pertanian lainnya.
Menyusul sebuah pedati lainnya yang ditarik oleh sepasang lembu jenis unggul, mungkin yang terbaik di desanya. Juga kereta ini dihias elok penuh dengan hasil ladang dan kebun.
Baca juga: Mudik Lebaran, Dikira Masuk Angin Eh Fitri Malah Melahirkan di Mobil di Rest Area Cipularang
Dengan demikian desa demi desa memamerkan keunggulannya atau keistimewaan hasil daerahnya, yang hari ini diperlombakan.
Arak-arakan ini diseling dengan kelompok - kelompok pemain musik, dan tentu saja tak ketinggalan pula pemain reyog yang mengenakan topeng kepala harimau dihias dengan bulu burung, merak, disusul oleh pemain kuda lumping yang menari-nari.
Setelah arak-arakan yang beraneka ragam itu habis, tibalah saat yang dinantikan sejak tadi: pembukaan rampokan. Sejak tadi orang menonton arak-arakan dari sebuah panggung bambu di depan pendopo menghadap ke alun-alun, yang pada empat sisinya dilingkungi oleh barisan pembawa tombak, ada yang dua, ada yang bersaf tiga, merupakan suatu pagar betis yang rapat.
Di bagian depan panggung langsung di belakang pasukan tombak, muncullah bupati menunggang kuda, didahului dan diikuti oleh pasukan pengawal bertombak.
Kemudian pejabat daerah tertinggi itu dengan rombongannya berhenti di depan panggung, dikelilingi oleh para pengawalnya.
Baca juga: Identik dengan Lebaran, Mudik Ternyata Bukan Lahir dari Muslim Nusantara, Lalu Siapa yang Memulai?
Macan tutul ikut pamer
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR