Media tontonan pemboman bunuh diri Hizbullah dengan cepat mengilhami kelompok lain di Lebanon.
Termasuk kelompok militan Kristen dan sekuler.
Baca Juga: Mengenal Al Capone, Gangster yang Namanya Menginspirasi Capone Gang Bege dalam Anime One Piece
Pada tahun 1993, kelompok-kelompok Palestina Hamas dan Jihad Islam Palestina mulai menggunakan pembom bunuh diri terhadap sasaran-sasaran Israel.
Hal itu dilakukan dalam upaya untuk menggagalkan proses perdamaian Oslo-Kairo.
Kemudian juga terjadi antara pemerintah Israel dan PLO (Palestine Liberation Organization.
Hizbullah melatih banyak orang radikal dalam cara menggunakan serangan bunuh diri dari akhir 1992 hingga awal 1993.
Baca Juga: Evolusi Suku Bajau Indonesia: Mampu Menahan Napas 13 Menit Hingga di Kedalaman 61 Meter!
The Liberation Tigers of Tamil Eelam (LTTE), gerakan gerilya di Sri Lanka, mulai menggunakan bom bunuh diri pada akhir 1980-an.
Contoh dari LTTE menunjukkan bahwa pemboman bunuh diri dan fanatisme agama tidak perlu berjalan beriringan.
Budaya dan Masyarakat
Aksi bom bunuh diri Tamil setelah LTTE menunjukkan satu faktor.
Baca Juga: Bom, Fanatisme, dan Berubah-ubahnya Wajah Terorisme Sepanjang Sejarah
Yakni bahwa aksi pemboman bunuh diri adalah sebuah fenomena yang pasti dan tidak melulu hasil dari agenda organisasi tertentu.
Faktor ini adalah budaya dan masyarakat yang bersedia merangkul pelaku bom bunuh diri sebagai pahlawan.
Untuk mendukung organisasi yang mengerahkan mereka, dan menyerahkan putra dan putrinya untuk misi bunuh diri.
Yang pasti fenomena kompleks ini tidak mungkin menghilang dalam waktu dekat.
Terlebih jika budaya masyarakat kita masih menganggap terorisme sebagai jalan yang benar untuk menegakkan suatu nilai-nilai tertentu.
Baca Juga: Tradisi Potong Mata Oleh Tukang Cukur di Cina Menggunakan Silet
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR