Intisari-Online.com -Ontran-ontran di Mako Brimbo, Kepala Dua, Depok, Jawa Barat, tempo hari memunculkan satu nama yang sebenarnya tak baru-baru amat, yang banyak dikaitkan dengan beberapa kejadian teror di Indonesia.
Benar, sosok itu adalah Oman Rachman alias Aman Abdurrahman. Ia disebut-sebut menjadi salah satu sosok kunci dalam mengakhiri kerusuhan dan membujuk para narapidana terorisme untuk menyerah.
Sebelum proses penyerahan diri, para napi terorisme yang berasal dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) ini disebut meminta dipertemukan dengan Aman.
Nama Aman Abdurrahman juga sempat disebut Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto, dalam keterangan pers soal kerusuhan yang terjadi di rumah tahanan Mako Brimob di Kelapa Dua, Depok sejak Selasa (8/5) malam.
Baca juga:Menurut Tito Karnavian, Ini Alasan Kenapa Polri Tak Langsung Serbu Napi Terorisme di Mako Brimob
Nama Aman disebut, setelah Setyo menjawab pertanyaan wartawan, apa tuntutan para napi teroris.
“Tuntutan tidak jelas, karena memang asal-usulnya masalah sepele,” kata Setyo.
Setyo mengatakan, peristiwa itu terjadi karena masalah makanan. Setelah ada provokasi, kerusuhan semakin meluas.
“Kemudian ada yang provokasi dan membobol tahanan,” ucap Setyo waktu itu.
Ia pun tak membantah jika salah satu tuntutan napi itu adalah terkait terdakwa kasus terorisme Aman Abdurrahman.
“Kalau dibilang ada hubungan dengan Aman, memang ada tuntutan itu,” ucap Setyo.
Para napi teroris itu ingin bertemu Aman Abdurrahman. Permintaan itu pun sudah dipenuhi.
Lalu, siapa sebenarnya sosok Aman Abdurrahman?
Tak hanya itu, aksi bom di Samarinda juga disebut merupakan 'karya'-nya.
Peneliti Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Universitas Indonesia (UI) Solahudin mengatakan, berbagai aksi terorisme di Indonesia dilakukan kelompok Jamaah Anshorut Daulah (JAD).
Baca juga:Setahun Peristiwa Bom Sarinah, Begini Kesaksian Penyintas
Menurut Solahudin, JAD adalah kelompok yang pembentukannya diinisiasi Aman pada akhir 2014 di Lapas Kembangkuning Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
“JAD adalah organisasi yang diharapkan menjadi organisasi payung kelompok-kelompok pendukung ISIS di Indonesia,” ucap Solahudin.
Solahudin sempat mengatakan, Aman bahkan mendapat julukan sebagai 'Singa Tauhid' di kalangan kelompok JAD. Saat ini, Aman ditahan di Mako Brimob.
Kurnia Widodo, mantan narapidana kasus terorisme, sebagai saksi dalam persidangan Aman mengatakan, Aman merupakan pimpinan tertinggi ISIS di Indonesia.
Kurnia mengetahui informasi tersebut dari ikhwan-ikhwan-nya saat masih bergabung di kelompoknya dulu di Masjid As Sunah, Bandung, Jawa Barat, dan media-media jihadis.
“Dia (Aman) dikenal di kalangan kami, aktivis, dia ulama paling tinggi dari ISIS di Indonesia. Pusatnya di Irak dan Suriah,” kata Kurnia saat bersaksi dalam persidangan, dikutip dari Kompas.com.
Tapi, Aman membantah hal ini.
“Saya ketua ISIS, pimpinan ISIS, dari mana? Saya bukan ketua ISIS, bukan pimpinan ISIS,” kata Aman dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (3/4/2018).
Yang menarik, meski membantah, Aman terang-terangan mengakui kecintaannya pada ISIS.
Saat diperiksa sebagai terdakwa, 27 April 2018, Aman menyebut bahwa orang Islam yang tidak berbaiat atau mengucapkan sumpah setia kepada pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, berdosa.
“Jika ada satu kelompok yang mampu menegakkannya (hukum Islam), sudah ada khilafah itu, maka wajib atas kaum Muslimin untuk membaiatnya, sedangkan yang tidak berbaiat kepada para imam, nanti jahiliyah,” kata Aman.
Materi ceramah itu diambil dari buku seri materi tauhid karangannya sendiri.
Aman mengakui, banyak yang menjadikan materi ceramahnya sebagai rujukan.
Selain itu Aman juga dikenal sebagai seorang intektual yang mumpuni ilmu agamanya dan hapal kitab-kitab yang sangat tebal.
Baca juga:Inilah Penjelasan Moeldoko tentang Alasan Napi Terorisme di Mako Brimob ‘Tidak Dihabisi Semua’
Dia banyak menerjemahkan tulisan-tulisan seorang ideolog Islam radikal asal Yordania Abu Muhammad Al Maqdisi dan menyebarkannya lewat teman-temannya ke internet bahkan dari dalam penjara.
Menurut pengamat terorisme UI, Solahudin, tingkat kecerdasan Aman juga bisa dilihat dari rekam jejak akademisnya.
Solahudin mengatakan bahwa Aman diketahui lulus dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta dengan predikat cumlaude.
"Itu bisa dicek dari akademik prudensial dia. Beliau adalah lulusan dari LIPIA Jakarta yang kemudian lulus dengan kategori mumtaz, cum laude," kata Solahudin.
Bahkan, di penjara ketat sekelas Nusa Kambangan sekali pun.
Pimpinan kelompok Jemaah Ansharut Daulah (JAD) Zainal Anshori mengaku pernah melakukan video call dengan terdakwa peledakan bom di Jalan MH Thamrin, Aman Abdurrahman.
Video call itu dilakukan saat Aman ditahan di Lapas Kembang Kuning Nusa Kambangan, Cilacap, Jawa Tengah, sebagai terpidana kasus terorisme.
Saat itu, video call dilakukan ketika Anshori menggelar pertemuan dengan anggota JAD di Malang, Jawa Timur.
Meskipun begitu, Anshori mengaku tidak tahu bagaimana cara Aman melakukan video call dari balik penjara.
Sebab, saat itu ponselnya dipegang seseorang bernama Abu Hakim.
Dalam video call tersebut, Anshori mengingat salah satu yang dibahas yakni soal hukum menyekolahkan anak di sekolah negeri.
"Yang paling saya ingat itu bagaimana hukumnya menyekolahkan anak di sekolah-sekolah negeri. Yang lainnya saya tidak begitu ingat," kata Anshori.
Artikel ini sebelumnya tayang di Tribunnews.com, selengkapnya di sini