Namun, itu dulu.
Sekarang lain cerita. Banyak orang sudah mulai memuji mereka yang melakukan wirausaha. Mereka dianggap lebih tangguh karena berani mengambil risiko dan dianggap bisa belajar banyak tentang dunia usaha. Kewirausahaan pun tidak lagi menjadi mata kuliah "basa-basi" pada Fakultas Ekonomi, tetapi sudah merembet ke kursus-kursus, seminar-seminar, bahkan ada yang sampai membuat universitasnya segala.
Lalu, so what getu loh!
Mau tidak mau, membuka usaha sendiri pasti akan Anda lakukan juga, cepat atau lambat. Motivasinya macam-macam. Bisa karena butuh penghasilan tambahan, bisa karena Anda merasa tertantang, bisa juga karena Anda merasa, tak ada satu pun orang di dunia ini yang bisa menjalankan usaha itu kecuali Anda.
Apa pun motivasi Anda, pertama-tama pelajari dulu bidang usaha apa yang ingin Anda terjuni. Untuk mendapatkan ilham, coba sering-sering membuka majalah atau tabloid ekonomi. Ada banyak sekali tulisan yang membahas tentang bidang-bidang usaha yang bisa Anda jalani, mulai dari usaha makanan dan minuman, sembako, sampai peternakan, perikanan, hingga agrobisnis.
Berkaitan dengan bidang usaha, saya sering ditanya, “Pak Safir, menurut Anda, bidang usaha apa sih yang bagus dan menguntungkan sekarang ini?”
Saya selalu menjawab, “Bidang usaha apa yang Anda pilih, tidak selalu menjamin bahwa Anda pasti akan berhasil. Ini karena keberhasilan sebuah usaha sering tergantung pada banyak faktor, dan tidak selalu pada pemilihan bidang usahanya.”
Bukan satu dua kali saya mendengar orang mengatakan,
“Kalau mau buka usaha, buka usaha bidang makanan aja. Untungnya gede lo, bisa 100%. Dan lagi, semua orang kan butuh makan, jadi pasti usaha makanan akan laku.” Terhadap ucapan seperti ini, saya cuma bisa manggut-manggut, sambil mengatakan,
“Betul, usaha makanan untungnya memang bisa 100%. Dengan catatan, kalau ada yang beli.” Yang jelas, usaha makanan akan tetap terus ada.
Ada dua tipe orang yang membuka usaha. Pertama, orang yang menunggu datangnya kebutuhan. Sebagai contoh, di Jln. Cihampelas
Bandung dulu banyak orang yang tertarik membuka usaha jual beli jins karena melihat kebutuhannya sudah ada. Tipe seperti ini biasanya tidak tertarik membuka usaha jual jins kalau dia tidak melihat apakah sudah ada toko lain yang menjual jins atau belum. Inilah wirausahawan kategori me too product, hanya saja dengan nama yang sedikit berbeda dan harga yang biasanya lebih murah.
Tipe kedua, orang yang membuka usaha dengan cara menciptakan kebutuhan karena dia melihat kebutuhannya belum ada, atau kalau sudah ada tetapi belum dirasa butuh. Misalnya, kesuksesan salah satu merek air mineral pertama di Indonesia. Padahal, dulu air mineral itu dijual lebih mahal daripada bensin. Berhubung si pengusaha air minum itu mau menciptakan kebutuhannya (melalui iklan maupun isu-isu di media massa), maka air mineral itu laris manis dan akhirnya dibuntuti oleh para pengekor.
Sayangnya, kebanyakan orang kita masih berada pada tipe karakter yang pertama. Saran saya, kalau mau jadi wirausahawan, jadilah wirausaha yang berani menciptakan kebutuhan walaupun Anda melihat kebutuhannya belum ada, atau kalaupun kebutuhannya ada tetapi orang belum merasakannya. Bangkitkanlah kebutuhannya. Bila mampu menjadi tipe wirausaha seperti ini, maka – boleh dibilang – Anda sudah menjadi wirausahawan sejati!
Selamat berinvestasi, selamat berwirausaha, selamat mencapai kesehatan keuangan yang prima. (Safir Senduk, perencana keuangan dari Biro Perencanaan Keuangan Safir Senduk dan Rekan)
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR