Yani Andriani Jadi Pengusaha Gara-gara Kesulitan Gendong Bayi

K. Tatik Wardayati
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Jadi pengusaha karena kesulitan gendong bayi
Jadi pengusaha karena kesulitan gendong bayi

Intisari-Online.com – Pengusaha di Bandung, Jawa Barat, ini sukses mengubah problem yang dihadapinya menjadi sebuah peluang bisnis. Awalnya ia mengalami kesulitan membawa anak balitanya lantaran tak punya gendongan bayi. Lalu ia membuat kreasi baby wrap inovatif. Di bawah bendera CV Metamorphose, produknya yang diberi merek Abby, laris di pasaran.

(Inilah 10 Ide Bisnis untuk Pengusaha Muda untuk Manfaatkan Liburan)

Sibuk, enerjik, dan selalu terlihat aktif. Itulah kesan yang segera terlihat ketika berjumpa dengan Yani. Memilah-milah kain, menerima telepon yang kerap berdering dan memberi arahan kepada anak buah saat menggarap produk dilakukan tak henti-henti. Meski demikian, pengusaha ini terlihat selalu menggendong anak bungsunya di tengah kesibukannya. “Alat gendong inilah yang membantu saya bisa tetap memberikan kasih sayang kepada anak sambil melakukan aktivitas,” tutur dia. Ya, bagi Yani, menggendong merupakan salah satu bentuk kasih sayang kepada anak.

Riset tanpa sengaja

Jejak sukses bisnis yang tersebut diawali dari pengalaman pribadi saat ia mengalami kesulitan mencari pengasuh untuk anaknya yang balita. Karena tak kunjung menemukan pengasuh anak, ia terpaksa harus mengantar sekolah anak-anaknya yang besar sambil mengasuh si Abby, anak bungsu yang masih balita itu. Kondisi tersebut membuat Yani butuh peranti untuk menggendong si bungsu.

Berbekal naluri kreatif, ia merancang alat gendong anak yang sesuai dengan kebiasaannya. Ia mengumpulkan aneka model desain alat gendong anak dari pelbagai referensi. Aktivitas tersebut secara tak sengaja telah menggiringnya melakukan riset dan berinovasi. Hingga suatu saat, di internet, perempuan ulet ini menemukan model alat gendong yang pas dan unik. “Di luar negeri orang menggendong anak dengan berbagai cara. Salah satunya dengan modifikasi kain yang disebut dengan baby wrap,” papar ibu 3 putra ini. Alat gendong dengan kain itulah yang memberikan inspirasi usaha kepadanya.

(Irma Suryati: Tunadaksa Jadi Pengusaha)

Sebenarnya di Indonesia budaya menggendong anak dengan kain sudah ada. Di Jawa Tengah, misalnya, ibu-ibu terbiasa menggendong anaknya dengan kain batik atau yang sering disebut dengan jarit. Sedangkan di luar negeri, alat gendong dibuat dari kain kaos, lebih elastis dan modis. Yani kemudian terusik memodifikasi alat gendong anak tersebut dan memadukannya dengan alat gendong lokal.

“Modelnya kita adopsi, bahan yang dipakai disesuaikan dengan kondisi Indonesia. Di sini tidak mungkin menggunakan bahan yang terlalu tebal seperti yang digunakan di luar negeri,” papar Yani. Kebetulan Yani adalah lulusan fakultas teknik bidang kimia tekstil, sehingga pengetahuan tentang jenis bahan tekstil yang sesuai dengan kondisi cuaca Indonsia dia kuasai.

“Ukuran juga dimodifikasi. Disesuaikan dengan ukuran anak yang digendong maupun Ibu yang menggendong. Alat gendong di Indonesia berbeda dengan yang di Eropa, ” imbuhnya. Riset seperti itu selalu dilakukan ketika akan meluncurkan desain baru.

Inovasi itu akhirnya mengundang perhatian para Ibu. Peluang berbisnis terbuka. “Waktu saya pakai, banyak orang yang memperhatikan, tertarik lalu bertanya-tanya. Bahkan ada yang memesan,” tutur Yani.

Ia tak mau menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Pesanan demi pesanan diterima dengan senang hati. Agar mudah diingat dan dikenali, ia memberi merek produk buatannya dengan nama anak bungsunya, Abby.

Lantas dari mana modal awal usahanya?

“Saya memanfaatkan sisa uang tabungan hasil kerja Rp1,2 juta untuk memulai memenuhi pesanan tersebut,” tutur mantan karyawati PT ASKES ini. Modal tersebut digunakan untuk memproduksi baby wrap sebanyak 9 buah/minggu. “Setiap minggu, baby wrap yang kami produksi terjual habis,” imbuh Yani.

Artikel Terkait