Tembakan gencar pun menyalak dan menyebabkan kelompok Gunarso kocar-kacir.
Salah satu anggotanya, PUI Kardi terluka dan kemudian tertangkap pasukan Belanda.
Anggota lainnya yang makin terdesak seperti Kopral Udara (KU) II Ngatijan, KU II Hadi Suprapto, KU II Kadar dan KU II Basri juga menyusul tertangkap.
Personel PGT AU yang diterjunkan ke wilayah Irian Barat memang bukan ditujukan untuk bertempur secara frontal melawan pasukan Belanda yang berjumlah lebih besar dan bersenjata lengkap.
Sebagai pasukan infiltran mereka bertempur secara gerilya dan jika bertemu musuh dalam jumlah besar secara otomatis mereka akan mengundurkan diri sambil menyusun kekuatan.
Pada 24 Mei 1962 saat sekelompok pasukan PGT AU sedang beristirahat setelah mengadakan perjalanan mundur selama dua hari mereka tiba-tiba disergap pesawat Neptune Belanda.
(Baca juga: Tembaki Istana Merdeka untuk Bunuh Bung Karno, Pilot AURI Ini Divonis Hukuman Mati tapi Bebas di Era Soeharto)
Tak ada pilihan lagi bagi pasukan PGT AU selain berusaha menghindar masuk hutan sambil menembakkan senapan G-3 mereka.
Sebagai pimpinan kelompok LMU Suhadi menyadari bahwa anak buahnya perlu istirahat di tempat yang dianggapnya aman.
Setelah menemukan tempat untuk istirahat, meskipun sejumlah anak buahnya menyarankan untuk terus berjalan, LMU Suhadi tetap memberi perintah istirahat.
Rupanya jejak perjalanan mundur PGT berhasil dicium musuh dan menjelang sore hari mereka diserang lagi oleh pasukan marinir Belanda dalam jarak dekat.
Pertempuran sengit pun tak terhindarkan dan menimbulkan korban dari kedua pihak.
LMU Suhadi yang dikenali pasukan Belanda sebagai komandan pasukan berhasil ditembak dan mengalami luka parah.
Ketika tersungkur ke tanah akibat tembakan peluru Belanda di kepalanya, dua anak buahnya PU I Lili Sumarli dan PU I Sunarto berniat menolong.
Tapi sniper Belanda sekali lagi menembak LMU I Suhadi tepat di kepala dan mengakibatkan komandan yang tangguh itu gugur.
Menyadari musuh demikian kuat, setelah menguburkan jenazah LMU I Suhadi dan sejumlah PGT lainnya yang gugur, sisa-sisa personel PGT memecah diri menjadi kelompok kecil dan lari masuk ke hutan.
(Baca juga: Penempur Malam, Saat Pesawat Tempur Harus Melawan ‘Takdir’ Sulitnya Terbangkan Pesawat di Malam Hari)
Kelompok kecil pasukan PGT itu terdiri dari kelompok PU I Roedjito dan beranggotakan KU I Suprapto, PU I Misno, PU I Kosim, serta PU I M.Teguh yang terpaksa berjalan terpincang-pincang karena kakinya tertembak.
Kelompok lainnya lagi terdiri dari SMU Mengko beserta 8 anggota ditambah satu orang lagi, yakni PU I Hartono dari kelompok lain yang telah terpecah.
Kelompok-kelompok kecil pasukan itu kemudian melanjutkan perang gerilyanya sambil berusaha menghindari pertemuan dengan pasukan Belanda.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR