Kebaikan teman-temannya acap dibalas dengan dia mengajari mereka seputar materi perkuliahan.
(Baca juga: Sudah Dua Tahun Kuliah di Inggris Bermodal Beasiswa, Apa Kabar Raeni si Anak Tukang Becak?)
Tantangan selanjutnya saat menempuh S-2 adalah meyakinkan orangtuanya.
Antoni terutama harus meyakinkan sang ibu yang begitu khawatir dengan tinggal jauh meski dia ditemani ayahnya, Effendi.
Kondisi Antoni memang tidak memungkinkan melakukan kegiatan sehari-hari sendirian meski di kampus terdapat akomodasi berupa teknologi di berbagai fasilitas umum dan moda transportasi bagi penyandang disabilitas.
Menginjak S-3, bantuan yang didapatkan Antoni kini tidak hanya dari ayahnya, tetapi juga sang istri, Yuki Melani.
Antoni mengaku mengenal Yuki lewat media sosial. Mereka berdua memutuskan menikah pada 2011.
Antoni melanjutkan, ketika dia sudah merampungkan program doktoralnya, Antoni bakal kembali ke Padang dan mengabdi sebagai staf di Dinas Sosial.
Ada kisah menarik bagaimana Antoni bisa menjabat sebagai abdi negara. Saat masih kuliah S-1, dia membuka les bahasa Inggris dengan uang bulanan hanya Rp 5.000.
Salah satu orangtua murid kemudian memberi tahu ada program Wali Kota Padang untuk mempekerjakan difabel di pemerintah kota.
(Baca juga: Ika Aprilia Dewi, Perenang Difabel yang Ingin Harumkan Indonesia di ASEAN Para Games)
Antoni mengiyakan tawaran tersebut karena ingin menunjukkan, penyandang disabilitas juga bisa bekerja di bidang lain.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR