Karakter juga bisa mempengaruhi pembawaan diri seseorang dan menentukan apakah energi yang dibagikannya terasa lebih negatif atau positif.
Meeting yang dibuka oleh orang yang pesimis, meremehkan orang lain, dan judging belum-belum sudah terasa melelahkan, padahal meeting belum dimulai.
Energi kini vs energi nanti
Selain kedua energi di atas, ada juga dua bentuk energi lainnya yang perlu diperhitungkan. Energi kini adalah energi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang sekarang.
Namun terkadang, ada orang yang tidak fokus pada apa yang harus dikerjakannya sekarang, tapi sudah khawatir mengenai tugas di kemudian hari. Itu yang saya sebut sebagai energi nanti.
Contoh yang paling mudah adalah soal presentasi. Banyak orang yang belum-belum sudah tersedot energinya karena khawatir yang berlebihan, padahal presentasinya baru minggu depan.
Khawatir tidak bisa menjawab pertanyaan, padahal pertanyaan saja belum diajukan.
Mengapa tidak mengalihkan atau menambahkan energi nanti ke energi kini. Jika memang khawatir akan presentasinya, ya ditambah persiapannya sekarang.
Kalau khawatir tidak bisa menjawab pertanyaan, antisipasi dulu apa pertanyaan yang kita belum tahu jawabanya dan cari tahu jawabannya.
Dari proses merasakan energi ini, kita bisa belajar untuk menjalankan tugas dan bekerja sama dengan lebih tidak melelahkan.
Bukan mengenai seberapa kredibel diri kita sebagai profesional yang akan menentukan hasil akhirnya secara mutlak, namun juga seberapa nyaman orang lain bekerja sama dengan kita.
Selamat berbagi energi positif. (Alexander Sriewijono, Psychologist & the Founder of Daily Meaning)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juni 2016)
(Baca juga: Siapa Sangka, Bentuk Pusar Bisa Bantu Ungkap Kepribadian Kita. Yuk, Dicek!)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR