Tapi mengingat tingginya tingkat tidak memiliki anak sebanyak 80 persen dibanding dengan pasangan normal, orientasi seks diturunkan oleh genetik dapat menjadi paradoks.
Lebih rumit dari itu, ini berarti pewarisan epigenetik terlibat.
Sebuah studi baru-baru ini melihat apakah pelekatan sejenis kelompok metil (sejenis perubahan DNA epigenetik) dapat memungkinan berubahnya orientasi seks.
Tim tersebut dapat menggunakan kelompok metil itu untuk memprediksi orientasi seksualitas pria dengan tingkat akurasi 70 persen.
Namun, ini barulah ukuran kecil dalam populasi, dan ada beberapa kontroversi mengenai penelitian ini.
Baca Juga: Wow! Para Peneliti Berhasil Buktikan Teori Bahwa Waktu Benar-benar Dapat Berjalan Mundur
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR