Sudah tentu, saat itu banyak mahasiswa yang bengong menyaksikan dosennya berbicara sendiri keluar dari konteks perkuliahan.
Untung, Marno segera menetralisasi suasana seolah-olah tak ada apa-apa dan melanjutkan pelajaran lagi.
Begitu kuliah selesai, Marno keluar dari kelas. Roh itu masih sabar menunggu. Singkat kata, roh itu mengeluh, mengapa anaknya, Agus, yang kebetulan murid Marno di universitas tersebut, sudah melupakan dia sebagai bapaknya?
Juga kenapa anaknya tidak pernah serius belajar. Padahal ia satu-satunya harapan yang kelak jadi tumpuan hidup ibunya.
Roh tersebut meminta Marno agar menyampaikan kedua permintaannya kepada Agus.
Seperti halnya Aiko Gabo, di sini Marno pun menghadapi dilema yang tak gampang untuk dipecahkan.
"Kalau pesan-pesan tersebut saya sampaikan apa adanya, pasti orang lain tidak percaya. Bisa jadi malah mencibir dan menganggap saya gila! Di lain pihak, saya bertanggung jawab untuk menyampaikan pesan penting ini," ujar Marno.
Toh, akhirnya dengan caranya sendiri Marno bisa menyampaikan pesan tersebut yang maknanya Agus diminta rajin belajar dan kirim doa di makam sang ayah.
Menurut pengakuan doktor sastra Jawa lulusan sebuah universitas di Belanda ini, kemampuannya sering dimanfaatkan oleh rekan-rekannya yang tahu.
Biasanya, untuk memindahkan roh yang tinggal di rumah atau mereka merasa terganggu. Caranya?
Pertama roh itu dimohon secara baik-baik supaya mau pindah. Tentu setelah melalui meditasi sesaat dan tahu di mana roh itu berdiam.
Langkah berikutnya; mencari lokasi untuk memindahkan dan harus disetujui yang bersangkutan.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR