Bersamaan dengan itu 3 orang saudaranya yang lain datang. Tapi mereka sama sekali tidak melihat apa yang ditunjuk Marno.
Bahkan ketika Marno berteriak lagi mengatakan bahwa lelaki itu turun dari pohon, saudara-saudaranya tetap tidak melihat. Alhasil, mereka malah lari karena takut.
Enam tahun kemudian ketika menginjak umur 14 tahun, Marno sadar bahwa dirinya miliki kemampuan melihat roh.
Kesadaran ini diperolehnya dari guru tarinya. Sang guru menasihati, kalau belajar pentas tarian sakral, itu harus puasa terlebih dulu agar selamat.
Sebab, tarian jenis itu kadang ditonton tidak saja oleh manusia melainkan juga roh-roh. Bahkan untuk tarian tertentu roh-roh itu kadang juga ikut menari.
Seiring dengan bertambahnya umur, pengalaman Marno "bergaul" dengan makhluk tak kasat mata itu bertambah sering.
Kali lain, ketika Marno sedang mengajar, tiba-tiba seberkas cahaya dari balik jendela masuk ke dalam kelas.
Setelah dicermati, astaga! Roh pria tak dikenal, masuk dan duduk di bangku barisan belakang.
Penampilan roh itu rapi, berbaju batik, bercelana coklat, dan bersepatu hitam mengkilat.
Menurut Marno, roh itu dengan sopannya duduk dan ikut mendengarkan kuliahnya. Tiba-tiba roh itu mengajak bicara.
Tapi Marno segera mendekatinya dan berkata, "Jangan ngobrol di sini, saya masih mengajar. Nanti mengganggu mahasiswa. Silahkan tunggu di luar."
Roh tersebut setuju, lalu melangkah pergi sambil minta maaf.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR