Saat itu hanya ada Wilson dan Tracy di belakang bar, dan tidak ada orang di sisi lain yang bisa menyebabkan jatuhnya gelas.
Dengan rasa terkejut tiba-tiba Wilson menyadari bahwa hantu itu membuktikan keberadaannya kepadanya.
Sementara itu, Maurice Grosse, teman peneliti Wilson dari Society for Psychical Research, mengatakan melihat gelas itu jatuh dari rak seakan-akan ada yang mendorong.
Waktu itu Grosse berdiri di ujung meja bar sambil minum segelas anggur, dan bisa menyaksikan gelas itu bergerak sendiri.
Dari cerita yang didengar Wilson diketahui, pada suatu malam si pemilik pub yang bernama Bernard, pulang dalam keadaan mabuk berat, lalu terjatuh di tangga dan ditemukan tewas pagi harinya dengan leher patah.
Lalu pada kali, lain seorang gadis bunuh diri setelah bertengkar dengan pacarnya di pub. Si gadis menjatuhkan diri dari atap gedung tempatnya bekerja, yang bersetelahan dengan bar.
Tubuhnya jatuh di atap pub dan tewas. (HK)
Berteman dengan roh kaipang
Eva (29), seorang ibu muda satu anak dan tinggal di Tangerang, Jawa Barat, adalah contoh lain.
Ketika ia masih kanak-kanak, ada orang pandai yang "melihat" dalam tubuhnya terdapat tulang yang menunjukkan dirinya punya kemampuan berkomunikasi dengan roh atau makhluk halus.
"Saya tidak yakin dengan yang dikatakannya itu sampai ketika duduk di kelas V SD, saya mengalami hal aneh," katanya.
Peristiwa itu bermula ketika tiba-tiba ia tak sadarkan diri saat bermain dekat tong sampah di sekitar rumahnya.
Menurut ibunya, yang memiliki kemampuan paranormal, ia kesurupan roh yang umurnya sebaya dengannya.
"Roh yang mengaku gugur saat berumur enam bulan dalam kandungan ibunya itu tidak dikubur dengan layak, dibuang begitu saja ke tong sampah itu."
Setelah diberi sajian seperti yang diminta, roh anak yang menurut Eva berkulit hitam dan berhidung mancung itu sering sekali mendatanginya.
Terutama saat ia sedang dirundung masalah atau kecapekan.
Tapi sejak Eva bertemu dengan roh lain yang lalu mendampingi hidupnya mulai Mei 1993 hingga kini, roh bocah itu tidak pernah lagi muncul.
Makhluk halus yang belakangan muncul dan konon berujud lelaki berumur 60-an dengan kaki pincang itu mengaku sebagai kakak ke-3 dari perguruan Kaipang (pendekar pengemis) dari Cina.
Pertemuannya dengan roh Kaipang terjadi di Medan (tempat ia dulu dibesarkan), saat menemani saudaranya menemui "orang tua", yang ternyata seorang medium bagi arwah pendekar Kaipang dan lainnya.
Ketika Eva hijrah ke tempat tinggalnya sekarang, roh Kaipang itu pun ikut.
Berbeda dengan proses komunikasi roh jabang bayi yang harus lebih dahulu masuk ke tubuhnya hingga ia tak sadarkan diri, roh bapak angkatnya - begitu ia menyebut - ini hadir lewat mimpi.
"Kalau saya panggil menjelang malam, maka sekitar pukul tiga dini hari, saya gelisah. Setelah 'bapak' datang, baru saya bisa tidur pulas."
Dalam keadaan setengah tidur, ia bertemu dengan "bapak”.
Ketika suatu kali mencoba sebagai medium bagi roh bapak angkatnya, ia tidak kuat.
"Secara tidak sadar saya menolaknya karena saya masih merasakan keberadaan jiwa saya. Kalau saya rela, mungkin saja bisa," kata Eva sambil menjelaskan perasaanya ketika roh itu hendak memasuki raganya, antara lain digelayuti rasa kantuk, pandangan mata kosong, dan bagian belakang leher kaku seperti tertekan benda berat.
Kapan saja Eva mengaku bisa memanggilnya datang, kecuali iasedang datang bulan.
Namun tak jarang tahu-tahu muncul sendiri, biasanya ketika ia merasa perlu memberikan peringatan tentang suatu hal yang bakal terjadi terhadap dirinya atau orang lain.
Roh Kaipang itu, katanya, penolong yang baik. Suatu ketika Eva mencemaskan benjolan yang ada di pelipis suaminya.
"Tahu-tahu suatu malara ‘bapak' datang mengurut pelipis suami saya. Esok harinya saya lihat benjolan itu sudah hilang," ceritanya.
Ia juga pernah dipijatnya ketika tubuhnya capek. Pijatan itu, katanya, terasa seperti mengandung setruman listrik.
Kemampuannya memang sebatas berhubungan dan berkomunikasi dengan bapak angkatnya melalui mimpi. Ia enggan mengembangkannya lebih lanjut, apalagi menjadi medium.
"Punya kemampuan seperti itu bukannya enak. Kalau misalnya, saya dititipi pesan yang kira-kira kurang enak dari bapak angkat, " bagaimana saya harus menyampaikan pada orang yang bersangkutan?
Ya kalau ia percaya. Kalau tidak, ‘kan saya bisa diolok-olok sebagai orang aneh," katanya. (Sht, Yan)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Oktober 1995)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR