Advertorial

Kisah Mereka yang Mengaku Mampu Menembus Tabir Dunia Baka: Pesan dari dan ke Alam yang Berbeda

Ade Sulaeman

Editor

Intisari-Online.com – Itulah yang dialami Ny. Aiko Gibo asal Jepang dan Sumarno dari Yogya.

Keduanya mengaku perah menerima titipan pesan dari seseorang yang telah meninggal untuk disampaikan kepada ahli warisnya yang masih hidup.

Yang aneh pesan itu disampaikan langsung oleh para roh yang bersangkutan.

--

(Baca juga: Demi Mendapat Status Dewasa dan Terbebas dari Roh Jahat, Gadis-gadis Muda India Ini Rela Dicambuk oleh Pemuka Agama)

Kematian bisa dikatakan sederhana, karena setiap orang akan menghadapinya.

Sebaliknya, kematian juga rumit karena menyangkut rahasia kehidupan di alam lain yang sulit diterobos keterbatasan kemampuan akal manusia.

Toh, kemuskilan menembus dunia roh ternyata bukan tidak mungkin dijembatani.

Percaya atau tidak, segelintir orang mengaku mampu menembus tabir dunia baka dengan kemampuan spiritual mereka.

Pesan dari dan ke alam yang berbeda pun tersampaikan tanpa hambatan berarti.

Adalah Aiko Gibo, wanita Jepang, salah satu dari mereka yang punya kemampuan itu.

Lewat bukunya Finding Your Guardian Spirit (1992), yang kemudian dialihbahasakan dengan judul Manusia Tidak Mati, Pengalaman Spiritual Berhubungan Dengan Roh-roh (1995), ia menceritakan pengalaman menjalani sebagian hidupnya berhubungan dan berkomunikasi dengan roh-roh.

"Saya tidak lagi bisa menerima pendapat umum bahwa jiwa manusia lenyap begitu saja seiring dengan lenyapnya tubuh," simpulnya atas pengalamannya selama ini.

(Baca juga: Indra Keenam Memang Benar-benar Ada tapi Tak Ada Hubungannya dengan Roh Halus dan Hantu)

Akibat kecelakaan

Aiko terlahir di Yokohama pada 1932 dengan telinga kanan setengah tuli, dan penglihatan mata kirinya kabur akibat kecelakaan di masa kecil.

Kedua cacat yang dideritanya memang tidak mencolok. Tapi justru dengan telinga kanan itulah ia mendengar suara roh, dan dengan mata kirinya melihat wajah mereka.

Kemampuannya mendengar suara dan melihat wujud roh muncul setelah mengalami kecelakaan tersebut.

Bosan dengan perban di matanya, Aiko mencoba melepaskan perbannya. Setelah kesakitan dalam beberapa usaha pertamanya, akhirnya Aiko dapat membebaskan matanya dari balutan.

Berbeda dengan apa yang dipandang mata kanannya yakni alam nyata sehari-hari, mata kirinya justru melihat banyak "orang laki-laki dan perempuan" yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

Selain orang-orang asing itu, tak jarang muncul gambar seperti pada layar TV di depan matanya.

(Baca juga: Uniknya Euphorbia, Dianggap Bisa Mendatangkan Rezeki dan Keberuntungan Serta Menolak Roh Jahat)

Malah warna-warninya lebih alamiah meski tak jarang juga tampak pudar. Terkadang dilengkapi petunjuk lain, misalnya berupa angka yang bisa mewakili tanda waktu, alamat, atau apa saja.

Ia baru sedikit memahami kondisinya menjelang masuk sekolah dasar. Pada masa-masa itu ia dan ayahnya biasa menonton pertunjukan teater di malam yang diterangi bintang-bintang, salah satu cara mengisi waktu luang yang paling ia sukai.

Ada satu kejadian yang membuatnya bisa mengingat dengan jelas salah satu kesempatan itu.

“Ayah, lihat ada orang berjalan di sana,” katanya sambil menarik-narik lengan mantel yang dikenakan ayahnya. “Ada orang perempuannya juga.”

Tapi ayahnya tidak melihat orang-orang itu. Bertahun-tahun kemudian baru ia sadar telah melihat roh-roh yang tak terlihat oleh ayahnya.

Kehidupannya mulai berubah ketika masuk sekolah dan bertemu Ayako.

Ayako salah satu dari sedikit teman Aiko saat ia berumur 6 tahun. Ketika Ayako meninggal mendadak, Aiko yang memang pendiam dan suka menyendiri menjadi sangat terpukul.

Sampai suatu hari, ketika ia sedang bermain sendirian, Ayako menampakkan diri dan mengajaknya bercakap-cakap.

(Baca juga: Roh Ahli Tenung Itu Menghantui Terry Palmer ke Mana Pun Ia Pergi)

Foto “berbicara”

Suatu hari, roh Ayako datang memberi tahu Aiko agar menghadiri upacara pemakaman yang akan diadakan di suatu tempat.

Siang hari setibanya di tempat itu, ia melihat foto seorang lelaki gemuk berwajah riang berlilitkan pita hitam tergantung di ruang depan sebuah rumah.

Ketika menatap wajah foto itu, terdengarlah suara, “Aiko, dulu saya punya seekor anjing bernama Kuro. Bisakah kamu meminta keluarga saya untuk menaruh foto anjing yang saya sayangi itu bersama saya di dalam peti mati?”

Sebetulnya Aiko mau, tapi ia bingung bagaimana menyampaikan pesan itu? Akhirnya, ia menuliskan pesan itu di atas secarik kertas dan memasukkannya dalam genggaman salah seorang keluarga almarhum.

Setelah itu ia berlari dan berlari sekencang-kencangnya pulang ke rumah.

"Setelah beberapa menit berlalu dan mulai tenang, saya tak hanya mendengar tapi juga melihat wajahnya muncul di depan saya. 'Saya sudah mendapatkan foto Kuro, Aiko. Terima kasih,' katanya dengan gembira." Itulah "tugas" pertama yang dijalani Aiko.

Namun bukan berarti ia tak mendapat masalah karena kemampuan unik itu. Tidak mudah bagi orang tuanya untuk menerima kenyataan bahwa anaknya mampu melihat roh.

Mereka lebih suka ia menjadi anak yang biasa-biasa saja. Malah mereka mengiranya sebagai gangguan sehingga berusaha agar roh itu tidak mengganggu Aiko.

“Hal ini dilakkan ibu saya ketika Ayako datang pertama kali,” tutur Aiko.

Padahal bagi Aiko yang pendiam itu, kemampuannya ini justru membuatnya merasa tidak kesepian. Terutama saat ia bisa bercakap-cakap langsung dengan Ayako.

Selama bertahun-tahun ia telah menjumpai banyak roh yang malang. Di antaranya, roh orang-orang yang bunuh diri.

Beberapa di antaranya berusaha keras menjelaskan alasan mereka merenggut kehidupan mereka sendiri.

“Ada yang mengaku kesepian atau ingin lebih dicintai keluarganya. Bahkan ada juga yang merasa tak mampu melakukan tugas berat,” papar Aiko sambil menambahkan, mereka semua mengakhiri cerita dengan mengatakan bahwa ternyata mati adalah pilihan yang keliru.

Sebaliknya, tak sedikit pula ia jumpai roh yang telah berbahagia.

"Misalnya, seorang wanita tua di lingkungan kami yang meninggal dunia setelah menikmati kegembiraan dan kepuasan hidup. la wanita yang sangat dicintai keluarganya, dan meninggal dengan damai dikelilingi orang-orang yang mencintainya," ujar Aiko yang kini terkenal sebagai medium hebat di Jepang.

Setelah kematian wanita tua itu, Aiko mengaku sering melihatnya memelihara kebun yang sudah dirawat dengan indahnya, atau berjalan-jalan dengan anjingnya.

Menurut Aiko, "Orang-orang meninggal akan merasa dicintai dan dihargai bila dikenang dengan baik oleh kenalan dan sanak saudaranya."

Menemui di ruang kuliah

Rupanya cerita macam ini tak hanya terjadi di tempat jauh seperti Jepang. Beberapa orang dengan karunia kemampuan serupa bisa ditemui di tempat lain.

Salah satunya adalah Sumarno (bukan nama sebenarnya), bujangan usia 37 yang sehari-harinya mengajar di sebuah universitas terkenal di Yogyakarta.

Sejak usia 7 tahun, ia bisa melihat "sesuatu" yang orang lain tak bisa.

"Caranya, ya biasa-biasa saja. Kalau saya mau, cukup dengan memejamkan mata, konsentrasi pada titik keinginan. Saya juga tidak punya guru atau harus berpuasa berat seperti kata orang-orang. Saya sendiri bingung, dari mana asal kemampuan ini?" akunya jujur.

Sepertinya, kemampuan langka ini terwarisi di dalam diri Marno begitu saja. Ia mulai "berkenalan" dengan kekuatannya pada usia 7 tahun.

Siang itu ia mengantar adiknya ke WC halaman belakang rumahnya yang luas. Sampai di kebun ia melihat sosok lelaki duduk di dahan kelapa yang tinggi.

"Hai lihat, ada orang duduk di dahan kelapa di atas sana!" katanya sambil menunjuk ke atas.

Bersamaan dengan itu 3 orang saudaranya yang lain datang. Tapi mereka sama sekali tidak melihat apa yang ditunjuk Marno.

Bahkan ketika Marno berteriak lagi mengatakan bahwa lelaki itu turun dari pohon, saudara-saudaranya tetap tidak melihat. Alhasil, mereka malah lari karena takut.

Enam tahun kemudian ketika menginjak umur 14 tahun, Marno sadar bahwa dirinya miliki kemampuan melihat roh.

Kesadaran ini diperolehnya dari guru tarinya. Sang guru menasihati, kalau belajar pentas tarian sakral, itu harus puasa terlebih dulu agar selamat.

Sebab, tarian jenis itu kadang ditonton tidak saja oleh manusia melainkan juga roh-roh. Bahkan untuk tarian tertentu roh-roh itu kadang juga ikut menari.

Seiring dengan bertambahnya umur, pengalaman Marno "bergaul" dengan makhluk tak kasat mata itu bertambah sering.

Kali lain, ketika Marno sedang mengajar, tiba-tiba seberkas cahaya dari balik jendela masuk ke dalam kelas.

Setelah dicermati, astaga! Roh pria tak dikenal, masuk dan duduk di bangku barisan belakang.

Penampilan roh itu rapi, berbaju batik, bercelana coklat, dan bersepatu hitam mengkilat.

Menurut Marno, roh itu dengan sopannya duduk dan ikut mendengarkan kuliahnya. Tiba-tiba roh itu mengajak bicara.

Tapi Marno segera mendekatinya dan berkata, "Jangan ngobrol di sini, saya masih mengajar. Nanti mengganggu mahasiswa. Silahkan tunggu di luar."

Roh tersebut setuju, lalu melangkah pergi sambil minta maaf.

Sudah tentu, saat itu banyak mahasiswa yang bengong menyaksikan dosennya berbicara sendiri keluar dari konteks perkuliahan.

Untung, Marno segera menetralisasi suasana seolah-olah tak ada apa-apa dan melanjutkan pelajaran lagi.

Begitu kuliah selesai, Marno keluar dari kelas. Roh itu masih sabar menunggu. Singkat kata, roh itu mengeluh, mengapa anaknya, Agus, yang kebetulan murid Marno di universitas tersebut, sudah melupakan dia sebagai bapaknya?

Juga kenapa anaknya tidak pernah serius belajar. Padahal ia satu-satunya harapan yang kelak jadi tumpuan hidup ibunya.

Roh tersebut meminta Marno agar menyampaikan kedua permintaannya kepada Agus.

Seperti halnya Aiko Gabo, di sini Marno pun menghadapi dilema yang tak gampang untuk dipecahkan.

"Kalau pesan-pesan tersebut saya sampaikan apa adanya, pasti orang lain tidak percaya. Bisa jadi malah mencibir dan menganggap saya gila! Di lain pihak, saya bertanggung jawab untuk menyampaikan pesan penting ini," ujar Marno.

Toh, akhirnya dengan caranya sendiri Marno bisa menyampaikan pesan tersebut yang maknanya Agus diminta rajin belajar dan kirim doa di makam sang ayah.

Menurut pengakuan doktor sastra Jawa lulusan sebuah universitas di Belanda ini, kemampuannya sering dimanfaatkan oleh rekan-rekannya yang tahu.

Biasanya, untuk memindahkan roh yang tinggal di rumah atau mereka merasa terganggu. Caranya?

Pertama roh itu dimohon secara baik-baik supaya mau pindah. Tentu setelah melalui meditasi sesaat dan tahu di mana roh itu berdiam.

Langkah berikutnya; mencari lokasi untuk memindahkan dan harus disetujui yang bersangkutan.

Kalaupun mereka tidak cocok dengan tempat yang baru, mereka punya pilihan sendiri. Hal ini harus dipenuhi.

"Jika sudah setuju, baru saya akan membawanya ke tempat yang baru. Biasanya mereka nempel di lengan tangan kanan saya yang kemudian terasa berat sekali."

Tak seseram cerita orang

Sebenarnya, persepsi orang-orang yang merasa dirinya diganggu itu – menurut Marno - tidak semuanya benar.

Karena mereka yang hidup di alam tak kasat mata itu tidak bermaksud mengganggu manusia.

Yang dirasakan sebagai gangguan itu biasanya muncul karena manusia yang bersangkutan kebetulan memiliki gelombang sinar yang bertentangan dengan gelombang sinar roh tersebut.

Jadi, roh tersebut merasa risau karena gelombangnya selalu bertabrakan.

Bertahun-tahun "bergaul" dengan roh telah mengajarkan kepada pria ini pengertian, bahwa setelah nyawa lepas dari raga bukan berarti akhir dari segalanya.

Justru menurutnya, kematian merupakan awal kehidupan baru.

Menurut pria pendiam ini, bentuk dan ujud roh yang selama ini pernah dilihatnya ternyata tak seseram cerita kebanyakan orang.

Yang menilai roh itu baik atau jahat 'kan manusia. Penampilan mereka pun tidak jauh berbeda dengan manusia.

Hanya, apa yang mereka sukai ketika masih hidup di dunia itu yang biasanya mereka kenakan di alamnya sekarang.

Keadaannya pun tergantung pada baik-buruknya perilaku ketika masih hidup, dan penyebab kematiannya. Artinya, wajar atau tidak.

Mereka yang meninggal sebelum waktu yang digariskan, biasanya akan gelisah terus. Ibarat mau pulang ke rumah belum menemukan jalan.

Bila ada di antara kita pernah bermimpi ketemu sanak saudara yang telah meninggal, ini menurut Marno, adalah isyarat mereka butuh bantuan doa untuk memperlancar jalannya.

Roh yang diperlakukan baik oleh ahli warisnya, biasanya akan mendapat ketenangan dan mereka pun masih punya getaran "perasaan" untuk berbuat kebaikan.

Bukti roh itu masih mempunyai getaran perasaan adalah fenomena mimpi "ketemu" tersebut.

"Mimpi ketemu dengan saudara yang sudah meninggal itu merupakan isyarat adanya kontak batin mereka dari dunia yang berbeda. Tapi bagi orang-orang tertentu, tidak perlu lewat mimpi. Dengan mata hati, mata batin, pun mereka ini bisa mengadakan kontak," tambah Marno.

Konsep adanya dunia lain setelah kematian ini, menurut Marno, bukan barang baru, terutama bagi orang Timur.

Sebab, sejak zaman prasejarah, nenek moyang kita telah mengajarkan penghormatan terhadap roh leluhur.

Sampai sekarang tak banyak orang tahu kemampuan supranatural pria yang juga abdi dalem Keraton Yogyakarta ini.

Yang jelas ia sering membuat rekan-rekan di sekitarnya terkejut dengan pernyataan-pemyataan pendeknya yang spontan tapi terbukti benar.

Suatu siang di awal 1983, seorang teman akrabnya diwanti-wanti agar besok jangan pergi ke mana-mana.

Kalau nekat pergi akan mendapat kecelakaan pukul 14.00 di dekat Pasar Sentul, Yogya. Ketika mengatakan hal itu, Marno dalam keadaan sadar.

Katanya, ia melihat jelas di lokasi tersebut sepeda motor yang dikendarai sang teman tersebut bertabrakan dengan kendaraan beroda empat. Meski hanya sekelebat, gambaran itu amat jelas dan mendetil.

Benarlah. Karena sang teman tidak begitu percaya, ia lupa nasihat Marno. Tepat pada hari, tempat, dan waktu yang-sama, sang teman mendapat kecelakaan.

Untung, tak merenggut nyawanya.

Kisah-kisah di atas merupakan fenomena supranatural seperti yang - sedikit atau banyak, pernah atau sering, kita dengar, baca, lihat, atau alami sendiri di sekitar kita.

Ihwal kebenarannya tentu terpulang kepada diri kita sendiri. (Sht. BS)

Gelas itu jatuh sendiri

Colin Wilson, seorang wanita peminat dan penulis sejumlah buku teniang supranatural asal AS, sempat kecele melihat penampilan Aiko ketika bertemu pertama kali.

Aiko yang bersuamikan seorang pengusaha dengan tiga anak, ternyata seorang wanita menarik. Maklum, gambaran umum sosok seorang medium biasanya gemuk dan tidak menarik.

Semula Wilson, si penulis kata pengantar buku itu, meragukan kemampuan Aiko, sampai suatu ketika ia menyaksikan fenomena aneh dengan mata kepalanya sendiri.

Pada 1992 ia diminta sebuah perusahaan televisi Jepang untuk mewawancarai Aiko.

"Ketika itu Aiko sedang melakukan perjalanan keliling dunia bersama tim televisi untuk memperlihatkan kemampuannya," tutur Wilson yang semula memandang skeptis berbagai kasus supranatural lantaran ketidaktahuannya.

Wilson sengaja memilih lokasi wawancara di sebuah pub yang terkenal angker, King's Cellars Pub di London.

Keangkeran pub itu sudah didengarnya ketika pada 1980 ia meneliti sebuah buku tentang poltergeist (hantu-hantu yang menimbulkan kegaduhan di suatu tempat).

Ia menyaksikan sendiri hantu-hantu di pub itu membanting botol dan gelas, kadang menyebabkan air kloset tergelontor sendiri.

Pub yang sudah berganti nama menjadi Goody's itu ada di Iantai dasar. Hari itu pub tutup karena hari Minggu.

Pemiliknya, seorang gadis cantik bernama Tracy, membawa Wilson, Aiko, dan tim televisi ke sana.

Begitu mereka mulai menuruni tangga, Aiko berhenti dan berkata, "Saya melihat seorang lelaki terbaring di kaki tangga."

Wilson tak percaya karena sebelumnya sudah bercerita kepada Aiko kalau lelaki pemiliknya dulu ditemukan meninggal di kaki tangga.

Ketika sampai di bar, Aiko berhenti lagi dan terbelalak. "Seorang gadis baru saja melintasi ruangan dan menghilang di balik dinding itu," celetuknya sambil, menunjuk dinding di belakang bar.

Usai mewawancarai Aiko di depan kamera, Wilson menginterviu Tracy di belakang bar.

Tracy bercerita hantu di sini masih suka mengganggu: gelas-gelas sering jatuh 'dari meja dan pecah, dan saat lain pompa bir bekerja sendiri dan menumpahkan isinya ke lantai.

Ketika penggantian film, Wilson berbicara dengan Tracy di belakang bar. Ia masih saja belum percaya dengan semua itu dan merasa ini buang-buang waktu saja.

Namun tiba-tiba terdengar dentingan keras di belakang Wilson. Ia berbalik dan melihat sebuah gelas yang berat telah jatuh ke lantai dari rak di bagian bawah meja layan.

Ia mengira jangan-jangan gelas itu tersenggol mantel panjang yang ia kenakan. Tapi itu mustahil karena jaraknya terlalu jauh, sekitar 1 m dari tempatnya berdiri.

Saat itu hanya ada Wilson dan Tracy di belakang bar, dan tidak ada orang di sisi lain yang bisa menyebabkan jatuhnya gelas.

Dengan rasa terkejut tiba-tiba Wilson menyadari bahwa hantu itu membuktikan keberadaannya kepadanya.

Sementara itu, Maurice Grosse, teman peneliti Wilson dari Society for Psychical Research, mengatakan melihat gelas itu jatuh dari rak seakan-akan ada yang mendorong.

Waktu itu Grosse berdiri di ujung meja bar sambil minum segelas anggur, dan bisa menyaksikan gelas itu bergerak sendiri.

Dari cerita yang didengar Wilson diketahui, pada suatu malam si pemilik pub yang bernama Bernard, pulang dalam keadaan mabuk berat, lalu terjatuh di tangga dan ditemukan tewas pagi harinya dengan leher patah.

Lalu pada kali, lain seorang gadis bunuh diri setelah bertengkar dengan pacarnya di pub. Si gadis menjatuhkan diri dari atap gedung tempatnya bekerja, yang bersetelahan dengan bar.

Tubuhnya jatuh di atap pub dan tewas. (HK)

Berteman dengan roh kaipang

Eva (29), seorang ibu muda satu anak dan tinggal di Tangerang, Jawa Barat, adalah contoh lain.

Ketika ia masih kanak-kanak, ada orang pandai yang "melihat" dalam tubuhnya terdapat tulang yang menunjukkan dirinya punya kemampuan berkomunikasi dengan roh atau makhluk halus.

"Saya tidak yakin dengan yang dikatakannya itu sampai ketika duduk di kelas V SD, saya mengalami hal aneh," katanya.

Peristiwa itu bermula ketika tiba-tiba ia tak sadarkan diri saat bermain dekat tong sampah di sekitar rumahnya.

Menurut ibunya, yang memiliki kemampuan paranormal, ia kesurupan roh yang umurnya sebaya dengannya.

"Roh yang mengaku gugur saat berumur enam bulan dalam kandungan ibunya itu tidak dikubur dengan layak, dibuang begitu saja ke tong sampah itu."

Setelah diberi sajian seperti yang diminta, roh anak yang menurut Eva berkulit hitam dan berhidung mancung itu sering sekali mendatanginya.

Terutama saat ia sedang dirundung masalah atau kecapekan.

Tapi sejak Eva bertemu dengan roh lain yang lalu mendampingi hidupnya mulai Mei 1993 hingga kini, roh bocah itu tidak pernah lagi muncul.

Makhluk halus yang belakangan muncul dan konon berujud lelaki berumur 60-an dengan kaki pincang itu mengaku sebagai kakak ke-3 dari perguruan Kaipang (pendekar pengemis) dari Cina.

Pertemuannya dengan roh Kaipang terjadi di Medan (tempat ia dulu dibesarkan), saat menemani saudaranya menemui "orang tua", yang ternyata seorang medium bagi arwah pendekar Kaipang dan lainnya.

Ketika Eva hijrah ke tempat tinggalnya sekarang, roh Kaipang itu pun ikut.

Berbeda dengan proses komunikasi roh jabang bayi yang harus lebih dahulu masuk ke tubuhnya hingga ia tak sadarkan diri, roh bapak angkatnya - begitu ia menyebut - ini hadir lewat mimpi.

"Kalau saya panggil menjelang malam, maka sekitar pukul tiga dini hari, saya gelisah. Setelah 'bapak' datang, baru saya bisa tidur pulas."

Dalam keadaan setengah tidur, ia bertemu dengan "bapak”.

Ketika suatu kali mencoba sebagai medium bagi roh bapak angkatnya, ia tidak kuat.

"Secara tidak sadar saya menolaknya karena saya masih merasakan keberadaan jiwa saya. Kalau saya rela, mungkin saja bisa," kata Eva sambil menjelaskan perasaanya ketika roh itu hendak memasuki raganya, antara lain digelayuti rasa kantuk, pandangan mata kosong, dan bagian belakang leher kaku seperti tertekan benda berat.

Kapan saja Eva mengaku bisa memanggilnya datang, kecuali iasedang datang bulan.

Namun tak jarang tahu-tahu muncul sendiri, biasanya ketika ia merasa perlu memberikan peringatan tentang suatu hal yang bakal terjadi terhadap dirinya atau orang lain.

Roh Kaipang itu, katanya, penolong yang baik. Suatu ketika Eva mencemaskan benjolan yang ada di pelipis suaminya.

"Tahu-tahu suatu malara ‘bapak' datang mengurut pelipis suami saya. Esok harinya saya lihat benjolan itu sudah hilang," ceritanya.

Ia juga pernah dipijatnya ketika tubuhnya capek. Pijatan itu, katanya, terasa seperti mengandung setruman listrik.

Kemampuannya memang sebatas berhubungan dan berkomunikasi dengan bapak angkatnya melalui mimpi. Ia enggan mengembangkannya lebih lanjut, apalagi menjadi medium.

"Punya kemampuan seperti itu bukannya enak. Kalau misalnya, saya dititipi pesan yang kira-kira kurang enak dari bapak angkat, " bagaimana saya harus menyampaikan pada orang yang bersangkutan?

Ya kalau ia percaya. Kalau tidak, ‘kan saya bisa diolok-olok sebagai orang aneh," katanya. (Sht, Yan)

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Oktober 1995)

Artikel Terkait