Habis Manis Sepah Dibuang, Para Gundik Kolonial Dibuat Tak Karuan Hidupnya
Kehidupan antara serdadu dengan perempuan-perempuan gundik yang tinggal dalam tangsi sangat memprihatikan.
Peranan Panglima Militer dalam Keberadaan Gundik di Tangsi Militer
Sejak kedatangan orang Belanda pertama kali ke Hindia Timur pada abad ke-17, gundik sudah menjadi semacam kebutuhan.
Dianggap Sumber Kebobrokan Moral, Praktik Pergundikan Diprotes Meski Menguntungkan
Kehidupan antara serdadu dengan gundik yang tinggal dalam tangsi digambarkan Mantan Perwira KNIL dengan sangat memprihatikan.
Gundik Barak Militer Profesional 'Mengincar' Para Serdadu Kolonial
Ada juga hubungan pergundikan atau pernyaian yang terjalin karena para serdadu mencari sendiri nyai mereka di sekitar tangsi.
Awalnya Kerja di Warung Makan, Kemudian Jadi Gundik di Barak Militer Serdadu KNIL
Pada paruh kedua abad ke-19, praktik hidup bersama gundik menjadi kehidupan baru dalam tangsi-tangsi di Hindia Belanda.
Tak Hanya Jawa, Barak Militer di Aceh Juga Pernah Mempraktikkan Pergundikan
Namun ada yang menarik dengan kehidupan antara serdadu dengan perempuan-perempuan gundik yang tinggal dalam tangsi militer.
Gundik Sarina: Para Wanita Berkebaya Putih Lengan Pendek 'Jual Diri' pada Serdadu di Tangsi Militer
Sarina merupakan bangsa pribumi yang berprofesi sebagai gundik. Bayang-bayang pengusiran oleh Tuan Eropa-nya terus mengintai.
Perempuan Pribumi 'Jajakan Diri' sebagai Gundik dengan Berbagai Cara
Gundik tangsi profesional akan berdiri di gerbang tangsi dan menawarkan diri kepada para serdadu yang baru datang dari Eropa.
Tak Ubahnya Seekor Sapi, Mirisnya Hubungan Serdadu dan Para Gundik di Barak Militer
Sejak kedatangan orang Belanda pertama kali ke Hindia Timur pada abad ke-17, gundik sudah menjadi semacam kebutuhan.
