Sejarah Awal Tahun Hijriyah, Hulunya Tekanan Kepada Nabi Muhammad Saat Berdakwah Di Mekkah

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Gambaran Kota Madinah lama. Sejarah awal tahun Hijriyah tak bisa dilepaskan dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah dalam rangka menyebarkan agama Islam.
Gambaran Kota Madinah lama. Sejarah awal tahun Hijriyah tak bisa dilepaskan dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah dalam rangka menyebarkan agama Islam.

Sejarah awal tahun Hijriyah tak bisa dilepaskan dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah dalam rangka menyebarkan agama Islam.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Tentu kita bertanya-tanya, sejak kapan muncul Kalender Hijriyah? Lalu kapan pertama kali dimulainya tahun Hijriyah? Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita harus menilik ke riwayat Nabi Muhammad, terutama ketika memutuskan hijrah ke Madinah pada tahun ke-14 kenabian.

Mengutip Kompas.com, Kalender Hijriyah atau Kalender Hijriah merupakanpenanggalan milik umat Islam yang digunakan untuk menentukan tanggal perayaan hari-hari besar, seperti Ramadan dan Idul Fitri.

Penetapan kalender Hijriah dimulai sejak Khalifah Umar bin Khattab, Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari tahun 634 hingga 644. Tahun Hijriah mulai dihitung sejak peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi.

Pertanyaan selanjutnya, kenapa Umat bin Khattab membuat Kalender Hijriah?

Umar bin Khattab adalah sahabat Nabi Muhammad yang dinobatkan sebagai Khulafaur Rasyidin kedua pada tahun 634, menggantikan Khalifah Abu Bakar yang meninggal dunia. Pembuatan kalender Hijriah di masa Khalifah Umar bin Khattab bermula dari permasalahan surat-menyurat yang dialami pemerintahan Islam era Khulafaur Rasyidin.

Saat itu pengarsipan menjadi terkendala karena setiap surat hanya memuat keterangan tanggal dan bulan, tidak mencantumkan tahunnya. Ditambah lagi, banyak wilayah kekuasaan Islam yang memiliki penanggalannya sendiri, sehingga pengarsipan menjadi semakin rumit.

Berangkat dari permasalahan itu, Khalifah Umar bin Khattab mengumpulkan para sahabat Nabi untuk bermusyawarah terkait penanggalan. Setelah berdiskusi, mereka sepakat membuat sistem penanggalan baru, yang kemudian dikenal sebagai kalender Hijriah.

Sama seperti kalender Masehi, kalender Hijriah juga terdiri dari 12 bulan dalam satu tahun. Bedanya, perhitungan kalender Hijriah berdasarkan revolusi bulan atau peredaran bulan mengelilingi bumi.

Adapun periode dari bulan sabit hingga kembali ke bulan sabit disebut satu bulan, yang terjadi selama 29,5 hari. Sehingga, satu tahun kalender Hijriah terdiri dari 354 hari, atau tepatnya 354,36708 hari.

Dalam perhitungan, dilakukan pembulatan, sehingga kalender Hijriah juga mempunyai tahun kabisat, yang terdiri dari 355 hari dan terjadi setiap jangka waktu 30 tahun. Terkait kapan kalender Hijriah dimulai, para sahabat memilih peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi.

Khalifah Umar dan para sahabat berpendapat bahwa peristiwa itu sangat penting bagi sejarah umat Islam.

Nama bulan yang pertama dalam kalender Hijriah adalah Muharam, dan 15 Juli 622 Masehi ditetapkan sebagai 1 Muharam 1 Hijriah. Penetapan kalender Hijriah dimulai pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, tepatnya pada tahun 638 Masehi.

Peristiwa hijrah Nabi Muhammad

Setelah lebih dari 10 tahun melakukan dakwah di Mekkah yang penuh dengan tekanan dan siksaan Nabi Muhammad akhirnya memutuskan hijrah ke Madinah, tepatnya di tahun ke-14 kenabian.

Madinah bukanlah tujuan pertama hijrah Nabi, sebelumnya ada Thaif dan Habasyah. Di Thaif rombongan Nabi disambut dengan lemparan, sementara di Habasyah tempatnya terlalu jauh dari Mekkah. Madinah, yang dulunya bernama Yatsrib, sendiri bukanlah tempat yang asing bagi Nabi Muhammad, karena di situlah sang ibu dimakamkan.

Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya melaksanakan hijrah dari Mekkah ke Madinah (Yastrib) pada 622 M. Tak disangka, di kota baru ini rombongan Nabi Muhammad mendapatkan sambutan hangat dari penduduk setempat, yang kelak dikenal sebagai Kaum Anshar.

Sebelum Rasulullah ke Madinah, masyarakat di Madinah mayoritas beragama Yahudi dan Nasrani. Dikutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam (2021), agama Yahudi masuk ke Madinah pada abad ke-1 dan ke-2 Masehi.

Drs. Mandaram Artikel Kompas.id Sementara agama Nasrani mulai dianut oleh masyarakat Madinah pada 343 M. Meskipun begitu, sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad telah mengislamkan beberapa penduduk di sana.

Pada tahun ke-11 dari Nubuwah atau ketika musim haji, sebanyak 6 orang Madinah memeluk Islam. Enam orang itulah yang kemudian mengajak masyarakat setempat untuk turut memeluk Islam.

Hingga pada musim haji berikutnya, 12 orang datang ke Mekkah untuk melakukan baiat kepada Rasulullah SAW. Inilah yang disebut dengan Baiat Aqabah Pertama. Di musim haji selanjutnya, pada tahun ke-13 M, jumlah penganut Islam bertambah.

Sebanyak 70 muslim melaksanakan ibadah haji pada tahun tersebut. Mereka kemudian bertemu dengan Nabi Muhammad SAW dan melakukan baiat secara sembunyi-sembunyi. Baiat itu disebut Baiat Aqabah Kedua atau Baiat Aqabah Kubra.

Setelah beberapa masyarakat Madinah masuk Islam, Allat SWT mengizinkan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat untuk hijrah di Madinah. Di sana, Nabi Muhammad SAW membangun komunitas baru untuk membesarkan Islam dan terhindar dari tekanan kaum kafir Quraisy.

Meskipun begitu, keputusan Rasulullah SAW untuk hijrah diikuti dengan konsekuensi yang besar. Nabi Muhammad SAW harus meninggalkan seluruh aset kekayaan muslim di Mekkah dan bersiap mendapatkan respons terburuk.

Merujuk pada buku Sejarah Lengkap Rasulillah Jilid I (2012), terdapat hikmah di balik hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Peristiwa besar itu mengubah sejarah dan tatanan hidup umat Islam.

Kini kehidupan umat Islam lebih tertata dan berakhlak, baik secara individu maupun kelompok. Dilansir dari Kompas.com (31/10/2022), peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW justru menguatkan iman dan keteguhan hati para muslim. Selain itu, sambutan baik masayrakat Madinah juga membuat terjalinnya rasa persaudaraan antar muslim di Mekkan dan Madinah yang semakin erat.

Artikel Terkait