Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatka berita terbaru kami di sini
---
Intisari-online.com - Langit senja di Keraton Yogyakarta memancarkan semburat jingga yang memudar, pertanda pergantian hari. Malam mulai menyapa, menyelimuti keraton dengan selimut sunyi yang mencekam.
Namun, di tengah keheningan itu, terdapat sebuah keriuhan di Bangsal Trajumas, tempat pusaka-pusaka Keraton Yogyakarta disimpan. Para abdi dalem dengan sigap mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut ritual tahunan: Jamasan Pusaka.
Di momen inilah, pusaka-pusaka keraton dijamas, dibersihkan dari debu dan kotoran, serta diwarisi energi spiritual baru.
Ritual Jamasan Pusaka diawali dengan penataan pusaka-pusaka di atas hamparan kain putih. Keris-keris pusaka yang berkilauan, tombak-tombak kuno yang penuh cerita, dan berbagai macam senjata tradisional lainnya tertata rapi, memancarkan aura kekuatan dan kejayaan masa lampau.
Para abdi dalem dengan penuh hormat dan kehati-hatian mengambil pusaka-pusaka tersebut, satu per satu, untuk dibersihkan.
Air kembang tujuh rupa telah disiapkan, melambangkan kesucian dan kekuatan alam. Air ini dicampur dengan berbagai macam rempah-rempah, seperti bunga melati, kenanga, dan mawar, menghasilkan aroma yang harum dan menenangkan.
Pusaka-pusaka dimandikan dengan air kembang ini, diusap dengan lembut dan penuh kasih sayang, seolah-olah mereka adalah makhluk hidup yang membutuhkan perhatian.
Sembari memandikan pusaka, para abdi dalem melantunkan doa dan mantra-mantra suci. Doa-doa ini dipanjatkan untuk memohon keselamatan, kekuatan, dan kemakmuran bagi keraton dan seluruh rakyatnya.
Diyakini bahwa ritual Jamasan Pusaka ini tidak hanya membersihkan pusaka secara fisik, tetapi juga membersihkannya dari energi negatif dan memperkuat energi spiritualnya.
Baca Juga: 1 Suro Di Cirebon, Tentu Beda Dari Jogja-Solo Tapi Tak Kalah Sakral
Setelah dibersihkan, pusaka-pusaka dikeringkan dan dioleskan minyak khusus untuk menjaga ketajaman dan keawetannya. Kemudian, pusaka-pusaka dihiasi dengan berbagai macam aksesoris, seperti kain sutra, emas, dan batu mulia, sebagai simbol penghormatan dan penghargaan atas nilai sejarah dan budayanya.
Puncak ritual Jamasan Pusaka adalah ketika pusaka-pusaka tersebut kembali ditempatkan di Bangsal Trajumas.
Diiringi dengan alunan gamelan dan lantunan tembang Jawa yang merdu, pusaka-pusaka diarak dengan penuh kebanggaan. Para penari dan pembawa payung mengiringi prosesi ini, menciptakan suasana yang sakral dan penuh mistis.
Jamasan Pusaka bukan hanya sekadar ritual membersihkan pusaka, tetapi juga merupakan tradisi yang sarat makna dan nilai budaya. Tradisi ini menjadi pengingat akan sejarah panjang keraton dan leluhur bangsa, serta menjadi simbol kekuatan dan kejayaan budaya Jawa.
Bagi masyarakat Jawa, Jamasan Pusaka adalah momen untuk memperkuat rasa cinta tanah air, melestarikan budaya leluhur, dan memohon doa keselamatan dan keberkahan di Malam 1 Suro yang penuh makna spiritual ini.
Jamasan Pusaka di Keraton Yogyakarta bukan hanya tradisi lokal, tetapi juga menjadi daya tarik wisata budaya yang menarik banyak pengunjung. Para wisatawan dari berbagai penjuru negeri datang untuk menyaksikan ritual ini dan merasakan atmosfer magis yang menyelimuti keraton pada Malam 1 Suro.
Tradisi ini menjadi bukti bahwa budaya Jawa masih hidup dan lestari, diwariskan dari generasi ke generasi, dan menjadi bagian penting dari identitas bangsa Indonesia.
Jamasan Pusaka adalah sebuah tradisi yang indah dan penuh makna. Tradisi ini bukan hanya tentang membersihkan pusaka, tetapi juga tentang membersihkan diri, membersihkan hati, dan membersihkan jiwa.
Di Malam 1 Suro yang penuh dengan aura mistis dan spiritualitas, Jamasan Pusaka menjadi pengingat bagi kita untuk selalu menjaga dan melestarikan budaya leluhur, serta memohon doa keselamatan dan keberkahan bagi bangsa dan negara.
*
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatka berita terbaru kami di sini
---