Peranan Panglima Militer dalam Keberadaan Gundik di Tangsi Militer

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Persoalan pergundikan memang bukan sesuatu yang baru.
Persoalan pergundikan memang bukan sesuatu yang baru.

Intisari-Online.com - Persoalanpergundikanmemang bukan sesuatu yang baru.

Sejak kedatangan orang Belanda pertama kali ke Hindia Timur pada abad ke-17,gundiksudah menjadi semacam kebutuhan.

Eksploitasi atas Hindia Belanda yang subur dan besar tidak mungkin dilakukan tanpa penempatan militer bagi banyak negara besar.

Berdirinya Hindia Belanda hanya dapat dijamin oleh keberadaan tentara permanen yang berkekuatan penuh.

Hal ini diperkuat dengan banyaknya bangsa Asing yangmenginginkan Hindia Belanda khususnya Jawa dari tangan Belanda, seperti Inggris.

Kebutuhan akan tenaga dan kekuatan perang pun semakin dirasakan setelah Perang Diponegoro (1825-1830), karena berhasil menggoyahkan kekuasaan Belanda

Atas alasan di atas maka dibentuklah pasukan kolonial, pada awalnya pasukan ini hanya terdiri dari delapan korps.

Keseluruhannya berjumlah 13.000 serdadu bawahan dan perwira berpangkat rendah serta 640 perwira.

Jumlah mereka bertambah dari hamper 20.000 pada 1840 menjadi 30.000 pada 1882 dan mencapai 42.000 pada 1898.

Pasukan ini hingga tahun 1933 hanya disebut sebagai tentara Hindia (Timur) atau tentara kolonial.

Baca Juga: Wanita Pribumi 'Mendambakan' Kerja sebagai Babu Orang Eropa, Kok Bisa?

Akhirnya oleh Hendrik Colijn, perdana menteri sekaligus mantan perwira tentara kolonial memberikan nama Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL).

Namun ada yang menarik dengan kehidupan antara serdadu dengan perempuan-perempuan yang tinggal dalam tangsi militer.

Mantan Perwira KNIL, S.E.W. Roorda van Eysinga menyebutkan bahwa keadaannyan sangat memprihatikan.

Hubungan badan di dalam barak militer selayaknya hewan.

Mereka melakukan hubungan seksual dalam tangsi tanpa sekat-sekat yang menutup di setiap tempat tidur.

Ratusan prajurit tidur bersama gadis atau pembantu rumah tangga mereka di tempat tidur.

Bahkan tidak dipisahkan oleh tirai satu dengan lainnya.

Seorang nyai dikenal tidak menuntut banyak.

Hubungan dengan perempuan pribumi pun sederhana dan dapat diakhiri kapan saja.

Untuk memperoleh izin hidup dalam pernyaian, seorang anggota militer harus memenuhi beberapa syarat terlebih dahulu.

Untuk memiliki seorang gundik, seorang anggota tentara harus memberi bukti kelakuan baik dari perempuanyang bersangkutan.

Baca Juga:Kisah Pria Tukang Koleksi Gundik Cantik dari Berbagai Macam Etnik

Bukti ini harus diberikan oleh pihak berwenang setempatdan kemudian diterima secara resmi oleh panglima militer.

Jika terbukti benar, maka sang pemohon diberi izin dan secara resmi sang gundik diizinkan bergabung dengan militer dalam tangsi.

Baca Juga: Percintaan Lelaki Eropa dan Gundik Pribumi Bagai Pertemuan Langit-Bumi

(*)

Artikel Terkait