Intisari-Online.com - Persoalan pergundikan memang bukan sesuatu yang baru.
Sejak kedatangan orang Belanda pertama kali ke Hindia Timur pada abad ke-17, gundik sudah menjadi semacam kebutuhan.
Eksploitasi atas Hindia Belanda yang subur dan besar tidak mungkin dilakukan tanpa penempatan militer bagi banyak negara besar.
Berdirinya Hindia Belanda hanya dapat dijamin oleh keberadaan tentara permanen yang berkekuatan penuh.
Hal ini diperkuat dengan banyaknya bangsa Asing yang
menginginkan Hindia Belanda khususnya Jawa dari tangan Belanda, seperti Inggris.
Kebutuhan akan tenaga dan kekuatan perang pun semakin dirasakan setelah Perang Diponegoro (1825-1830), karena berhasil menggoyahkan kekuasaan Belanda
Atas alasan di atas maka dibentuklah pasukan kolonial, pada awalnya pasukan ini hanya terdiri dari delapan korps.
Keseluruhannya berjumlah 13.000 serdadu bawahan dan perwira berpangkat rendah serta 640 perwira.
Jumlah mereka bertambah dari hamper 20.000 pada 1840 menjadi 30.000 pada 1882 dan mencapai 42.000 pada 1898.
Pasukan ini hingga tahun 1933 hanya disebut sebagai tentara Hindia (Timur) atau tentara kolonial.
Baca Juga: Wanita Pribumi 'Mendambakan' Kerja sebagai Babu Orang Eropa, Kok Bisa?
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR