Find Us On Social Media :

Wanita Pribumi 'Mendambakan' Kerja sebagai Babu Orang Eropa, Kok Bisa?

By Muflika Nur Fuaddah, Minggu, 22 Januari 2023 | 17:01 WIB

(Ilustrasi) Pekerjaan sebagai babu bagi seorang perempuan pribumi merupakan harapan 'naik pangkat' menjadi gundik.

Intisari-Online.com - Sejak kedatangan orang Belanda pertama kali ke Hindia Timur pada abad ke-17, gundik sudah menjadi semacam kebutuhan.

Terdapat istilah khusus yang diberikan para majikan Eropa kepada pembantu rumah tangga pribumi, yaitu ‘babu’ untuk pembantu perempuan dan ‘jongos’ bagi pembantu laki-laki.

Babu yang berparas cantik, berkulit bersih, berperilaku sopan, dan baik akan dipilih oleh majikan Eropa-nya.

Selain karena semakin longgarnya sanksi terhadap pelaku pernyaian, praktik pergundikan atau pernyaian juga ditunjang oleh banyaknya keluarga pribumi yang bersedia menjual anak gadisnya kepada para bujangan Eropa demi materi.

Pekerjaan sebagai babu bagi seorang perempuan pribumi merupakan harapan sebagai suatu jalan untuk memperoleh tingkat kehidupan yang lebih tinggi.

Hal ini dikarenakan seorang babu kerap dimanfaatkan juga untuk melayani kebutuhan seksualtuan Eropa-nya.

Posisi menjadi seorang nyai atau gundik menjadi suatu pilihan menarik bagi segolongan perempuan pribumi karena kondisi sosial dan ekonomi yang sangat menekan bagi penduduk peribumi pada saat itu.

Babu yang berparas cantik, berkulit bersih, berperilaku sopan, dan baik akan dipilih oleh majikan Eropa-nya.

Dilihat dari kondisi yang terjadi tersebut tidaklah aneh ketika pada pemerintahan Hindia Belanda praktik pernyaian mencapai puncaknya di Batavia.

Cara lain untuk menjalin hubungan pernyaian adalah dengan melalui perjodohan.

Baca Juga: Konspirasi Renyin: Pembalasan Dendam 16 Gundik yang 'Diperah Darahnya' oleh Kaisar