Di kedalaman 25 m, nyatalah, berbagai bentuk batuan tua serta perpaduan stalaktit dan stalagmit yang tertata menyuguhkan karya seni alam yang tak bisa dilakukan tangan manusia.
(Baca juga: Berkat Hal Ini, Desa Sepi yang Dulunya Tempat Ziarah Kini Jadi Salah Satu Tempat Wisata Terbaik)
Untuk menikmati pemandangan di dalam, pemda setempat membuat semacam jalur setapak yang melingkar sesuai radius keliling ruangan gua.
Sebagai pengaman sekaligus pegangan agar pengunjung tidak terpeleset lantaran semua bebatuan basah, jalur itu dilengkapi dengan pipa besi semacam pagar.
Memang, agak mengganggu mata dan tidak alami.
Meski tanpa pembatas jelas, oleh penemunya, gua ini dibagi menjadi beberapa ruangan besar kecil.
Sebagian memiliki sendang. Urutan letak dan namanya sesuai dengan jalur setapak mulai dari sebelah kanan kemudian melingkar berlawanan arah jarum jam.
Ruangan pertama disebut Sendang Bidadari, yang menurut legenda menjadi tempat mandi para bidadari.
Setelah itu melalui jalur yang agak menurun, mata kita dibuat terbelalak menyaksikan stalagmit bergaris tengah ± 2 m, menjulang setinggi 20 m lurus ke langit-langit gua.
Karena bentuknya menyerupai tiang penyangga gua di tengah ruangan yang luas, batu itu disebut Sela Dudur Langit.
Pada bagian berikutnya terdapat beberapa sendang kecil dengan kedalaman air setengah meter, antara lain Sendang Panguripan (mata air kehidupan) an Sendang Jampi Raga (air untuk mengobati penyakit).
Di dekatnya terdapat bebatuan yang wujudnya mirip tanaman tradisional yang sering digunakan sebagai obat, semisal buah pare, jahe, mentimun, dan lain sebagainya.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR