Mula-mula saya begitu bersemangat. Setelah tanjakan semakin terjal dan harus melewati pinggiran karang yang curam, saya kepayahan.
Hanya karena pesona alam saja saya menguatkan diri untuk terus mendaki. Sepasang suami-istri yang berjalan di depan kami masing-masing menggendong seorang anak.
Di punggung masing-masing anak itu ada secarik kertas. Terdorong oleh ingin tahu, saya dekati kertas itu. Terbaca dengan jelas di situ please return me back to the lodge no. 5.
Rupanya sang bapak khawatir anaknya hilang dalam perjalanan, sehingga memasang alamat di punggung si anak.
Kami kemudian menyeberangi sungai yang deras dan sangat jernih. Sayup-sayup sudah terdengar gemuruh air terjun di ujung sana, membuat saya lebih bersemangat lagi untuk segera sampai.
Di ujung jembatan ada tempat peristirahatan terakhir, keran air minum terakhir dan toalet umum. Bila tidak membawa air minum sendiri selanjutnya harus minum ... air sungai.
Jalan selanjutnya bercabang dua. Yang satu menunjukkan arah ke Nevada Water Fall dan lainnya menujukkan arah ke Vernal Water Fall. Kami memilih ke Vernal Water Fall karena lebih dekat.
Setelah susah payah mendaki, kami akhirnya tiba di dekat air terjun itu. Sungguh suatu keindahan alam yang belum pernah saya saksikan.
Air terjun itu tercurah dari dinding tebing batu di atas tempat kami berdiri, bagaikan menembus kabut di bawah. Lengkungan pelangi mengambang di dekat kami berdiri.
Tak terasa rambut dan muka saya sudah basah oleh percikan air terjun. Teman saya mengajak naik lagi ke tempat air terjun itu bermula.
Kami tiba di sebuah pelataran yang datar. Batu-batu besar yang rata menghampar di tepian sungai, sementara di atasnya tampak orang-orang berbaring melepaskan lelah.
Kami seperti terpancing untuk ikut-ikutan berbaring di situ dan terasa betapa nyamannya merebahkan badan di atas batu lebar yang menjorok ke sungai.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR