“Di banyak daerahsekarang juga sudah ada. Jadi lebih mudah. Permintaannya sendiri lebih banyak,” tutur Arti.
Peka melihat peluang
Meski tergolong baru, bisnis oleh-oleh luar negeri punya peluang yang menjanjikan.
Apalagi, jumlah wisatawan Indonesia yang berkunjung ke luar negeri terus meningkat.
Dilansir dari Tempo.co (25 Maret 2014), pada 2013 saja, jumlah wisatawan yang melancong ke mancanegara mencapai 8,7 juta orang atau naik 7%, bila dibandingkan dengan tahun 2012.
Di Indonesia, kita juga bisa menjumpai beragam toko yang menjual suvenir khas luar negeri, baik berupa toko online maupun toko offline.
Barang yang dijual pun beragam, mulai dari kaos, gantungan kunci, hiasan ruang tamu, magnet kulkas, patung, hingga replika ikon negara—dengan harga yang beragam pula tergantung kualitas dan ketersediaan stok.
Untuk jenis oleh-oleh haji, Arti mengaku, walau hanya “ramai” saat musim haji, hingga kini bisnisnya tak pernah mati.
Arti yang sudah berjualan sejak tahun 2006 ini mengungkap, setidaknya, ada dua musim ketika pemasukan terbesar masuk ke kantongnya: bulan Ramadan dan musim haji.
“Di luar itu, orang akan datang membeli kurma dan obat-obat herbal untuk konsumsi pribadi. Jadi, pemasukan terus mengalir, meskipun tidak sederas musim haji,” katanya.
Sementara itu Chaerulah Mukmin meyakini bisnisnya dapat terus bertahan.
Selama ada kerja keras, kemauan untuk belajar, serta kepekaan melihat peluang, bisnisnya akan terus berjalan.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR