Cara terakhir ini banyak membantu penderita sehingga dilakukan upaya penelitian dalam bidang etnobotani maupun farmakologinya terhadap jenis tumbuhan yang digunakan.
Penelitian itu dimulai tahun 1938 dengan objek penelitian adalah tanaman Colchium autumnale yang mengandung alkaloid colchicine.
Hasil studi klinis ternyata mengecewakan.
Hewan percobaan yang digunakan mengalami keracunan sel. Para peneliti pun beralih ke tanaman lain, seperti tapak dara, yang menunjukkan tanda-tanda pencegahan.
Dan studi etnobotani di beberapa daerah, tapak dara menunjukkan hasil yang menggembirakan dalam pengobatan di masyarakat.
Misalnya, Eli Lilly, Svoboda, Noble, dan Beer dari salah satu laboratorium Universitas Western, Ontario, yang melakukan uji coba berkali-kali ternyata hasilnya positif.
Dari hasil uji tersebut tanaman tapak dara bisa digunakan sebagai bahan, pencegahan dan penumpas sel kanker.
Menurut para peneliti dari Kanada, beberapa senyawa alkaloid dari ekstrak kasar tapak dara secara drastis mampu menurunkan jumlah sel darah putih – khususnya butir-butir dalam protoplasma (granulum) - pada tikus percobaannya.
Ekstrak tadi juga sangat, menekan aktivitas sum-sum tulang pada tikus yangmenderita leukemia tersebut.
Dari pengamatan in vitro, pengaruh senyawa aktif tapak dara yang melawan sel darah putih ternyata sangat luar biasa.
Senyawa tadi juga aktif mengalangi perkembangan sistem sirkulasi tumor.
Dengan pengembangan teknologi akhirnya tapak dara berperan penting pada komersialisasi produk vinblastine dan vincristine sebagai senyawa antikanker secara kemoterapi.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR