Advertorial
Intisari-Online.com – Sampai saat ini kanker masih dianggap sebagai penyakit yang sangat menakutkan sehingga dijuluki pembunuh peringkat atas bagi manusia.
Pasalnya, penyakit satu ini tidak mudah didepak. Bahkan bisa muncul kembali walaupun telah dioperasi.
Dari pemanfaatan secara tradisional sampai hasil penelitian, ternyata tapak dara memiliki potensi mencegah - bahkan menumpas - kanker.
Ibu Sri (49), seorang guru di salah satu SDN Bogor, sudah hampir dua tahun menderita kanker payudara.
Penderitaan ini disampaikan kepada koleganya seusai rapat dengan kepala dinas.
Rupanya, sesama rekan wanitanya ada yang berbagi pengalaman mengenai cara pengobatan penyakit yang mengerikan itu.
Untuk mengetahui sejauh mana kanker yang dideritanya, Ibu Sri memeriksakan diri ke dokter spesialis. Ternyata, inti tumor ganasnya telah mencapai 3 cm.
Awalnya memang dirasa sebagai benjolan seperti bisul, tetapi lama kelamaan melebar dan membesar di sekitar puting susu.
Benjolan itu mengeras bila diraba dan sakitnya tak kunjung hilang. Akan bertambah buruk lagi jika sampai mengganda dan meradang.
Peradangan yang disertai dengan perdarahan biasanya merupakan gejala awal dari kanker.
Gejala ini disebabkan perkembangan sel-sel atau jaringan abnormal secara tak terbatas dengan sangat cepat.
Tidak terkendalinya pembentukan jaringan tersebut akan merugikan jaringan normal di sekitarnya.
Akibatnya, jaringan normal itu rusak dan terdesak. Sel-sel abnormal yang dikenal dengan kanker ini selalu berpindah melalui jaringan tempat mereka berada.
Suatu waktu dapat menjangkau bagian yang lebih jauh secara metastasis.
Penularan ke seluruh tubuh biasanya melalui kelenjar getah bening (limpa). Setelah itu baru ke jaringan lain.
Pada penderita kanker payudara, yang diserang kulit maupun jaringan ikat (karsinoma).
Penyebabnya sampai saat ini belum jelas.
Menurut Walter H. Lewis dalam Medical Botany, ada beberapa faktor yang berperan dalam tumbuhnya kanker payudara: gangguan hormonal (terutama estrogen pada wanita), luka berat, kegagalan dalam perawatan setelah kehamilan, penyakit peradangan tumor jaringan ikat (fibrocytis), dan gangguan virus pada kelenjar susu.
(Baca juga: Siapa Sangka, Daun Sirsak Ternyata Obat Ampuh untuk Mengatasi Kanker)
Mampu menurunkan jumlah sel darah putih
Pengobatan dan pencegahan secara medis terhadap kanker payudara melalui pengangkatan tumor, kemoterapi, atau radioterapi ternyata menemui kendala.
Tak seberapa lama, kankernya bisa muncul kembali.
Tak heran kalau kemudian penderita beralih mencoba pengobatan dengan tanaman (herb therapy) dengan bermacam alasan.
Cara terakhir ini banyak membantu penderita sehingga dilakukan upaya penelitian dalam bidang etnobotani maupun farmakologinya terhadap jenis tumbuhan yang digunakan.
Penelitian itu dimulai tahun 1938 dengan objek penelitian adalah tanaman Colchium autumnale yang mengandung alkaloid colchicine.
Hasil studi klinis ternyata mengecewakan.
Hewan percobaan yang digunakan mengalami keracunan sel. Para peneliti pun beralih ke tanaman lain, seperti tapak dara, yang menunjukkan tanda-tanda pencegahan.
Dan studi etnobotani di beberapa daerah, tapak dara menunjukkan hasil yang menggembirakan dalam pengobatan di masyarakat.
Misalnya, Eli Lilly, Svoboda, Noble, dan Beer dari salah satu laboratorium Universitas Western, Ontario, yang melakukan uji coba berkali-kali ternyata hasilnya positif.
Dari hasil uji tersebut tanaman tapak dara bisa digunakan sebagai bahan, pencegahan dan penumpas sel kanker.
Menurut para peneliti dari Kanada, beberapa senyawa alkaloid dari ekstrak kasar tapak dara secara drastis mampu menurunkan jumlah sel darah putih – khususnya butir-butir dalam protoplasma (granulum) - pada tikus percobaannya.
Ekstrak tadi juga sangat, menekan aktivitas sum-sum tulang pada tikus yangmenderita leukemia tersebut.
Dari pengamatan in vitro, pengaruh senyawa aktif tapak dara yang melawan sel darah putih ternyata sangat luar biasa.
Senyawa tadi juga aktif mengalangi perkembangan sistem sirkulasi tumor.
Dengan pengembangan teknologi akhirnya tapak dara berperan penting pada komersialisasi produk vinblastine dan vincristine sebagai senyawa antikanker secara kemoterapi.
Perlu satu ton daun kering
Tapak dara (Catharanthus roseus) merupakan tumbuhan terna menahun dari famili Apocynaceae (kamboja-kambojaan).
Tanaman yang berasal dari Amerika Tengah ini dapat tumbuh dari dataran rendah sampai ketinggian 800 m dpl.
Di Indonesia dikenal sebagai tanaman hias yang menarik karena bunganya. Ada beberapa nama, tergantung lokasinya.
Di Jawa orang menyebut sebagai kembang tembaga, paku rane, tapak doro, bunga serdadu; di Sumatra diberi nama ruru-ruru, rumput jalang; orang Sulawesi memanggilnya sindapor; di Maluku disebut usia.
Tanaman ini dapat diperbanyak dengan biji, stek batang, atau akar.
Dalam Medicinal and Poisonous Plants 1 yang dilaporkan H. Sutarno dan Radjiman (-1999), selain vinblastine dan vincristine, tapak dara juga mengandung alkaloid turunan seperti vindesine dan vinorelbine.
Dua senyawa pertama merupakan senyawa antimitotics yang kerjanya terikat pada kelenjar dan saraf dengan mencegah pembelahan sel kumparan.
Kedua sel ini mengalangi pembelahan inti sel-sel normal yang berkembang menjadi sel-sel kanker.
Dengan melalui proses induksi sel,kanker ini dapat berkembang biak sehingga dapat meluas ke jaringan di sekitarnya dalam bentuk benjolan (metafase).
Vinblastine digunakan sebagai bahan pengobatan penyakit leukemia. Vincristine bahan pengobatan leukemia akut, pembengkakan limpa, kanker cabang tenggorokan (broncial cancer), perkembangan tumor ganas pada ginjal (nephroblastomas), kanker payudara (intraductal carcinoma), dan berbagai jenis tumor gahas yang awalnya menyerang urat safaf maupun otot (rhabdomysarcoma).
Vindesine adalah senyawa semi sintetis jadian dari vinblastine yang digunakan pada pengobatan akibat bertambannya sel darah putih pada kelenjar getah bening (acut lymphatic leukemia) khususnya pada anak-anak.
Selain itu juga digunakan dalam pengobatan pembengkakan setiap kelenjar getah bening (lympomas) yang biasanya sulit disembuhkan.
Bisa juga dipakai oleh penderita tumor pigmen yang kulitnya mengalami bercak-bercak hitam (melanomas).
Vinorelbine (noranhydrovinhlastine) dihasilkan dari anhydrovinblastine sebagai bahan pengobatan untuk mencegah pembelahan kelenjar dan saraf halusnya.
Dilaporkan, kandungan alkaloid total di dalam daun tapak dara antara 0,70 - 0,82%. Untuk memperoleh 50 mg vincristine dan 2 g vinblastine dibutuhkan satu ton daun kering.
Sedangkan pada seluruh bagian tanaman antara 0,2 - 1%.
Beberapa senyawa utama bisa dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit lain.
Misalnya leurisine dan vindoline yang dipakai sebagai bahan pengganti insulin karena berpengaruh pada penurunan kadar gula darah (hipoglikemia) penderita diabetes; ajmalicine merupakan bahan obat perangsang aliran darah ke otak maupun ke seluruh tubuh.
Nilainya lebih dari AS$ 100 juta
Pemanfaatan tapak dara untuk pengobatan kanker payudara memerlukan:
Setelah dingin saring dengan saringan teh dan ramuan ini diminum tiga kali sehari (pagi, siang, malam) masing-masing setengah gelas.
Menurut pengakuan Ibu Sri, penyakitnya sembuh setelah ia mengonsumsi ramuan tadi selama sebulan lebih.
Adas pulasari merupakan jenis tanaman yang mengandung senyawa anethol dan kumarin.. Kedua senyawa alkaloid itu digunakan untuk memperbaiki rasa dan pewangi oleh industri obat, jamu, bumbu,tapal gigi, dll.
Sedangkan senyawa kumarin berkhasiat sebagai obat sariawan, penguat lambung, dan kejang lambung (K. Heyne, 1987).
Secara kemoterapi, penggunaan obat vinblastine berpengaruh terhadap penurunan sel darah putih (leucoenia) dengan tingkat yang bervariasi dan kembali normal dalam waktu 1 - 2 minggu setelah pemakaian obat dihentikan.
Pengaruh terhadap darah merah dan platelet sangat kecil. Untuk itu, dalam kondisi tubuh normal harus hati-hati dengan dosis tertentu.
Efek sampingan keracunan vinblastine adalah penekanan jumlah sel darah putih dalam darah yang diproduksi sumsum tulang.
Bila terjadi keracunan saraf agar dibatasi pemakaian obat vincnstine. Tetapi setelah pemakaian obat vindesine, keracunan saraf dan penekanan sumsum tidak sekeras jika dibandingkan dengan pemakaian kedua obat vincristin dan vinblastirie.
Jika keempat bahan obat tadi digunakan, pengaruhnya kepada berkurangnya daya pembeku darah (thrombocytopaenia) dan terjadi kebotakan (alopecia).
Untuk lebih amannya, penggunaan obat-obat tadi perlu dikonsultasikan dengan dokter.
Produk komersial dari vinblastine dan vincristine dalam perdagangan obat dikenal dengan nama vincaleukoblastine sulfate (vinblastine sulfate, VLB, Velban) dan leurocristine sulfate (vincristine sulfate, VCR, Oncovin).
Seperti jamur maitake, daun tangguh, dan teh hijau yang sudah dijual dalam bentuk kaplet, tanaman tapak dara pun sudah menjadi bahan baku obat komersial.
Salah satu perusahaan Amerika yang aktif dengan mengembangkan produk-produk yang berasal dari tumbuhan bekerja sama dengan Ely Lilly memproduksi senyawa antikanker vinblastine dan vincristine.
Obat ini bisa dipakai untuk mengobati leukemia.
Dalam Biodiversity Prospecting in Indonesia yang dilaporkari Supriatna dan M. Guevin (1997), perusahaan Amerika itu mendatangkan bahan bakunya dari Madagaskar.
Ada pun hasil perdagangan kedua senyawa tadi bernilai lebih dari AS$100 juta.
(Drs. Samiran, Laboratorium Fitokimia Balitbang-Botahi (Herbarium) LIPI Bogor, seperti dimuat di Majalah Intisari edisi Januari 2001)