Mengenang lagu-lagu perjuangan, sedikit-banyak membuat orang terkenang pada penciptanya.
Lalu menyusuri riwayat hidup mereka, sambil mencari tahu mengapa mereka menggubah lagu-lagu itu. Ternyata memang ada semangat nasionalisme dalam diri mereka atau keluarganya.
Riwayat Ismail Marzuki misalnya. Orang hanya mengenal Pahlawan Nasional ini jago mencipta melodi, piawai memainkan alat-alat musik, padahal oleh ayahnya ia juga sering dipesankan agar tidak kehilangan kepekaan terhadap nasib bangsanya.
(Baca juga: Natalie Sun, Mengabadikan Diagnosis Kanker Payudaranya Melalui Pesan Teks)
Ini tercermin bahkan pada karya pertamanya - "O Sarinah" - yang ia ciptakan tahun 1931, ketika usianya baru 17 tahun. Judul itu bermakna lebih dari sekadar nama seorang wanita, karena ia juga lambang bangsa yang tertindas penjajah.
Era penjajahan, baik Belanda (pra - 1942), Jepang (1942 - 1945) dan Revolusi (1945 - 1950) tampaknya memang kuat memberi inspirasi bagi para komponis Indonesia.
Dalam hal ini, perjuangan dengan romantismenya banyak mewarnai lagu-lagu ciptaan Ismail Marzuki, seperti tertuang dalam "Selendang Sutera", di dalamnya terlukis bagaimana selendang yang diberikan oleh gadis pujaan menjadi suvenir yang menguatkan semangat pejuang yang pergi ke medan tempur.
Lalu ketika lengan pejuang terluka parah, selendang sutera turut berjasa sebagai pembalut luka.
Meski sempat dikritik terlalu mengagungkan perjuangan fisik, tak diragukan lagi lagu-lagu perjuangan Ismail amat populer dan tetap banyak dinyanyikan hingga hari ini.
Kita juga masih ingat, Agustus lima tahun lalu pianis-komposer Jaya Suprana juga menggagas rekaman lagu "Indonesia Pusaka" yang dinyanyikan oleh sejumlah tokoh untuk memperingati 100 Tahun Bung Hatta yang amat menyukai lagu tersebut.
Sebagai bukti pengakuan akan jasa karya-karyanya bagi perjuangan, Pemerintah RI bahkan menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional bagi Ismail pada 2005.
Karya-karya komponis musik seriosa yang bernuansa perjuangan mungkin memang hanya bisa didengar di sekitar hari-hari bersejarah, seperti Hari Kemerdekaan, Hari Pahlawan, atau Hari Kebangkitan Nasional.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR