Intisari-Online.com -Tak hanya Soekarno-Hatta dan golongan muda dengan gelora membuncah, ada juga Dajal di sekitar Kemerdekaan RI. Bukan Dajal makhluk akhir zaman itu, melainkan sebuah regu khusus propaganda.Tak banyak yang tahu regu ini lantaran tak banyak buku sejarah, resmi atau alternatif, yang membahas mereka.
Regu Dajalini, selain Regu Penggempur dan Regu Palang Merah, seperti ditulis Pepih Nugraha dalam artikel berjudul “Mengelabui Penjajah, Menyiarkan Sejarah” yang tayang di Intisari edisi Agustus 1992, mendapat tugas khusus propaganda. Bukan tugas yang ringan, apalagi masih banyak tentara Jepang yang berkeliaran dan berjaga waktu itu.
(Tan Malaka, Tokoh Sunyi di Balik Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945)
Tugas berat pertama mereka adalah merebut Gedung Hosokyaku (Gedung Radio) di Jl. Gambir Barat 4-5 (sekarang Jl. Merdeka Barat), Jakarta. Semua tahu, radio merupakan medium utama untuk menyiarkan khabar-khabar penting, termasuk khabar dibacakannya teks proklamasi oleh Soekarno dan Hatta.
Skenario yang dirancang: siaran proklamasi kemerdekaan dari Jl. Pegangsaan Timur 56 dapat diudarakan secara langsung saat itu juga. Kalau tidak, ya diusahakan dibacakan sendiri teks proklamasi kemerdekaan itu pada pukul 10.00 WIB, tepat sesuai rencana.
Berbekal sepucuk pistol, Radja Tjut Rachman, Rahadi Usman, dan Ridwan, ketiganya anggota Regu Dajal, segera memenuhi tugas itu. Rencana mereka terlihat begitu rapi dan memang sudah diatur sedemikian canggih.
Sebelumnya telah dilakukan hubungan dengan karyawan yang bekerja di Gedung Radio tersebut. Soalnya, pada saat itu Gedung Radio masih berada di bawah kekuasan Jepang dan dijaga ketat oleh kempetai. Laiknya sebuah adegan film, dengan kemahiran yang patut diacungi jempol mereka berhasil memasuki ruang operator radio tepat seperempat jam menjelang pukul 10.00.
Rentang waktu yang tinggal 15 menit lagi itu mereka rasakan sebagai menunggu selama bertahun-tahun.
Tak disangka, seorang Jepang tiba-tiba datang menghampiri mereka di “kabin siaran”. Lalu terjadilah keributan kecil di antara mereka. Lantas seorang pemuda lain berlari memberi tahun mereka bahwa usaha menyerobot stasiun radio telah gagal dan kepergok Jepang.
(Cerita-cerita Unik di Balik Proklamasi Indonesia 17 Agustus 1945)
Si pemuda itu juga menambahkan bahwa mobil lapis baja yang berisi penuh kompetai sudah menunggu di luar. Proklamasi kemerdekaan RI itu akhirnya gagal disiarkan langsung pada Jumat pagi yang bersejarah itu. Usaha menyelundupkan teks proklamasi oleh sejumlah mahasiswa Sekolah Tinggi Kedokteran yang bermarkas di Jl. Prapatan 10 gagal total.
Regu Dajal yang gagal dalam operasi itu, kemudian mendapatkan tugas baru, yaitu menyiapkan sukarelawan untuk menyebarkan selebaran proklamasi kemerdekaan yang distensil di Kantor Berita Domei. Mereka juga berteriak-teriak sepanjang jalan, “Indonesia Merdeka!”, sembari tak lupa menyebarkan pamflet-pamflet itu.
Dan kali ini, operasi mereka berhasil!