(Baca juga: Misteri Jam Raksasa di Candi Borobudur
Dalam Negarakertagama arca ini disebutkan sebagai perwujudan Raja Wisnuwardhana. Sayangnya, kepala arca utama di Candi Jago ini telah hilang.
Candi Jago tersusun atas bahan batu andesit serta memiliki dimensi panjang 23,71 m, lebar 14 m, dan tinggi 9,97 m. Bangunan ini terdiri atas tiga tingkat teras.
Semakin ke atas terasnya semakin kecil sehingga menyisakan selasar untuk mengelilingi candi.
Kini kondisi Candi Jago sudah tidak utuh lagi. Menurut cerita, ketidakutuhan itu karena candi tersambar petir. Bagian yang masih tersisa hanyalah bagian kaki dan sebagian kecil badan candi.
Badan candi disangga oleh tiga buah teras. Bagian depan teras menjorok dan badan candi terletak di bagian teras ke tiga.
Atap dan sebagian badan candi telah terbuka. Secara pasti bentuk atap belum diketahui.
Dindingnya dihiasi relief yang dipahat secara rapi. Pada dinding luar kaki candi dipahatkan relief-relief cerita Kresnayana, Parthayana, Arjunawiwaha, Kunjarakharna, Anglingdharma, serta cerita fabel.
Untuk mengikuti urutan cerita relief Candi Jago seseorang mesti berjalan mengelilingi candi searah putaran jarum jam (pradaksina).
Di bagian bawah terdapat relief tantri (cerita binatang) yang bisa dibaca dengan berjalan berlawanan arah jarum jam (prasawiya) dari sudut barat laut.
Kisah yang diangkat adalah tentang seekor burung bangau dan dua ekor kura-kura yang mengandung pesan tentang seseorang yang menjadi korban akibat kesombongannya sendiri.
Relief kisah perjalanan Anglingdarma dapat dibaca dari sisi barat daya. Dari sudut timur laut dapat dibaca relief tentang Kunjakarna yang diutus oleh Dewa Wirawacana, untuk menyaksikan penyiksaan di neraka.
(Baca juga: Misteri Pilot Kapal Milik Makhluk Luar Angkasa, Benarkah Mirip Manusia?)
Dari teras kedua dapat dibaca relief Parthayajna yang diawali dengan peperangan Pandawa dan Kurawa. Naik ke teras ketiga, di dinding bawah dipahatkan cerita Arjuna Wiwaha yang dalam pewayangan dikenal dengan lakon Begawan Mintaraga atau Begawan Ciptaning.
Di teras yang sama, pahatan di bagian atas menggambarkan cerita peperangan antara Kresna dengan raksasa Kalayawana.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR