Isi Museum
Selesai briefing, kami diantarkan berkeliling kapal. Pertama kali kami dibawa ke kamar tidur Laksamana Togo. Nampak ranjangnya kecil dan sederhana; di sampingnya terdapat kamar mandi yang sempit.
Kemudian kami menuju ke ruang-kerja. Laksamana Togo yang agak luas (kira-kira 4 x 10 meter2). Di sanalah Laksamana menyampaikan perintah dan instruksinya kepada para komandan bawahannya, mengadakan rapat, menerima tamu-tamu resmi dari dalam dan luar' negeri dan tempat beliau bersantap bersama staf, komandan-bawahan maupun tamu-tamu resminya.
Masih ada pula kamar dudukLaksamana tempat beliau membaca. Dalam ruangan ini tergantung foto-kenangan mengenai upacara peresmian kapal Mikasa sebagai kapal museum yang dihadiri oleh Kaisar Hirohito (yang pada waktu itu masih putra mahkota) serta Laksamana Besar Togo pada tahun 1926.
Foto itu adalah hadiah dari Kaisar berkenaan dengan selesainya pemugaran Mikasa pada tahun 1961.
Pusat daripada museum adalah ruang pameran yang semula adalah lubang menuju ke mesin. Di dalam ruangan ini diperlihatkan lukisan Shotaro Tojo mengenai Pertempuran Tsusyima, bendera pertempuran dan bendera isyarat "Z" yang dipergunakan di dalam pertempuran itu serta pelbagai relik dari Laksamana Togo (rambutnya, curriculum vitae Laksamana dalam tulisan tangannya, buku harian dan buku catatan serta teropong), seragam yang dipergunakan oleh Pangeran Fushimi, salah seorang perwira pada waktu luka parah dalam pertempuran Laut Kuning tanggal 10 Agustus 1904.
Baca Juga : Pembantaian Nanking: 'Neraka' Sementara Buatan Tentara Jepang di China
Yang paling menarik adalah suatu maket Pertempuran Tsusyima yang menunjukkan gerakan kedua armada yang berlawanan itu. Kapal-kapalan kecil di permukaan maket (yang menggambarkan laut) digerakkan oleh rantai di bawahnya.
Kedua armada itu berjumpa dalam suatu konfigurasi yang dikenal dengan sebutan crossing theT yang berupa gerakan musuh yang secara kurang lebih tegak-lurus menuju kepada formasi bersaf pihak kawan, sehingga ia dapat ditembaki secara terpusat.
Dengan menekan knop, pengunjung dapat mengetahui kapal-kapal mana yang tenggelam, rusak atau ditawan, yang ditunjukkan oleh lampu-lampu kecil berwarna beraneka ragam.
Kami kemudian diajak ke atas. Dalam perjalanan itu saya tertarik oleh gambaran-gambaran dengan cat coklat-merah pada dinding-dinding kapal.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Masrurroh Ummu Kulsum |
KOMENTAR