Baca Juga : Kisah Warga Negara Belanda yang Menjadi Jugun Ianfu Bagi Tentara Jepang di Indonesia
Gambaran-gambaran itu menunjukkan di mana pernah terdapat lubang kerusakan karena tembakan meriam musuh. Dari gambaran-gambaran itu dapat saya bayangkan luka-luka parah menganga yang pernah diderita oleh kapal itu, suatu cara yang impresif ,dan expresif untuk menunjukkan jasa-jasa dan kepahlawanan suatu kapal.
Jika ruang pameran merupakan pusat daripada museum, maka jantung daripada kapal museum itu adalah anjungan (bridge). Dari sanalah Laksamana ogo memimpin seluruh armadanya setelah mengibarkan bendera-isyaratnya (bendera "Z"):
"Tegak-jatuhnya Kemaharajaan tergantung kepada pertempuran ini. Setiap orang harus melaksanakan kewajiban sampai batas kemampuannya.”
Sebuah relief perunggu tergantung di tempat itu yang menggambarkan situasi pada sore hari tanggal 27 Mei 1905, ketika Laksamana Togo berdiri di anjungan dikelilingi oleh stafnya.
Pada saat itu seorang perwira staf mendesak kepada Laksamana Togo supaya beliau masuk ke menara-kemudi yang terlindung oleh panser tebal. Jawab Laksamana: “Saya sudah tua. Kamulah orang-orang muda yang harus masuk ke sana, masa depan Kemaharajaan terletak di pundakmu!"
Maka akhirnya Laksamana memimpin seluruh pertempuran dari anjungan, di mana beliau dapat memandang berkeliling secara lepas-bebas. Pemandangan dari atas anjungan itulah yang paling terkenang oleh saya sepulang dari sana.
Tatkala berdiri di sana tertiup oleh angin kencang Samudra ditimpa terik matahari, tepat pada waktu pertempuran yang mashur itu berkobar pada sore hari tujuh puluh tahun yang lalu tergambar oleh saya iring-iringan Kapal armada Laksamana Togo yang sekonyong-konyong berjumpa dengan armada Laksamana Rozhdestvehsky.
Maka bergelegarlah meriam-meriam di sekeliling saya menyebarkan maut dan kehancuran. Kami selama beberapa menit terdiam di atas anjungan, yang rasanya seperti berjam-jam.
Dengan susah-payah akhirnya saya merenggutkan diri dari sejarah.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Masrurroh Ummu Kulsum |
KOMENTAR