Intisari-Online.com - Setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, pada 15 Agustus 1945, Jepang mengumumkan menyerah kepada Sekutu.
Perang Dunia II berakhir, tapi tidak untuk beberapa orang. Salah satunya, Hiroo Onoda.
Ia menolak pada sekutu sampai ajal menjemput pada awal tahun 2014 lalu.
Baca juga: Per Juli 2018, Utang Pemerintah Rp4.253 Triliun Sementara APBN Defisit Rp151,3 Triliun
Hiroo Onoda masih 22 tahun ketika ia ditugaskan di Pulau Lubang di Filipina pada Desember 1944.
Sebagai seorang perwira intelijen, ia diberi tugas untuk mengganggu dan menyabotasi upaya musuh—dan untuk tak pernah menyerah pada musuh.
Pasukan Sekutu mendarat di pulau ini pada Februari 1945.
Mereka membombardir tentara Jepang yang ada di situ, tapi Onoda dan beberapa pasukannya berhasil meloloskan diri.
Baca juga: Demi Habisi Pasukan Nazi, Sniper Wanita Rusia Harus ‘Tidur’ Bersama Mayat Selama Berhari-hari
Ia menolak untuk menyerah dan mati, dan memilih mundur ke perbukitan untuk menyusun serangan selanjutnya sebagai gerilyawan.
Untuk bertahan hidup, ia dan anak buahnya makan pisang yang tumbuh liar di hutan, kelapa, dan hewan ternak yang dicuri dari kepolisian setempat.
Pada akhir 1945, muncul selebaran yang menyebutkan bahwa perang telah usai, dan memerintahkan seluruh tentara Jepang yang ada di kawasan Pasifik untuk menyerah.
Baca juga: Jose Mujica, Presiden Termiskin di Dunia yang Tak Peduli dengan Penampilan
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR