Mereka yang mempunyai kekuasaan di atas kita bisa menikmati didengarkan terus tanpa dibantah. Karena laki-laki dalam masyarakat lebih punya kekuasaan — lebih-lebih terhadap wanita — mereka bisa bicara banyak dan menyela.
Baca Juga : 70 Persen Wanita Diperkosa, 1 dari Banyak Alasan Mengapa Port Moresby Disebut Kota Paling Berbahaya di Dunia
Wanita yang bicara cuma sepertiga dari pria — begitu penemuan Dale Spender dalam penelitiannya — sudah dianggap agresif dan "ngeboss".
Tampaknya beberapa wanita tidak mau begitu saja menyerah pada dominasi laki-laki 'bersuara' — terutama dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, The United Kingdom Federation of Business and Professional Women adalah sebuah organisasi yang selama bertahun-tahun ini melatih kaum wanita untuk trampil dalam public speaking.
Kemudian ada lagi Grup 300, sebuah grup yang bertujuan agar lebih banyak wanita yang bisa menduduki kursi parlemen di Britania (nama grup ini diambil dari kira-kira separuh jumlah kursi parlemen yang ada).
Grup ini mengutamakan wanita untuk mampu berbicara di hadapan umum dengan kepercayaan pada diri sendiri. Menurut grup ini, keengganan wanita untuk 'berbicara' merupakan salah satu sebab, mengapa mereka sedikit berkecimpung dalam kehidupan politik. Berbicara dengan penuh keyakinan adalah syarat penting bagi seorang politikus.
Baca Juga : Pernah Berbicara saat Tidur? Jika Iya, Ini Artinya Menurut Medis
Sayangnya, keengganan berbicara kaum wanita ini bukan satu-satunya masalah dalam hal ini. Masyarakat sendiri tampaknya enggan mendengarkan wanita.
Penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Inggris tetap saja chauvinis, bahwa umum akan lebih sudi mendengar pidato seorang pria daripada pidato seorang wanita.
Sepertinya dianggap bahwa apa yang diucapkan wanita tidak selalu berharga.
Jadi apa yang mesti dilakukan? Dale Spender tidak mendesak wanita untuk menyaingi kaum pria dalam berbicara dan menyela. Ini cuma bikin tambah ribut.
Katanya, "Saya jauh lebih suka bila saja laki-laki mau belajar mendengarkan ... seperti halnya kaum wanita. (BBC London Letter – Intisari Oktober 1983)
Baca Juga : Seorang Pria Mendengar Tangisan Misterius di Pipa Toilet, Ia Semakin Keget Setelah Membuka Isinya
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR