Sementara batu karang yang biasanya tak nampak, kini menjadi kering. Selanjutnya saya mendengarkan guruh sambung-menyambung, sehingga saya khawatir bahwa masih ada hal-hal yang lebih mengerikan yang akan menimpa kami.
Setiba di rumah saya menyuruh memanggil Van Zuylen (pembantu saya) untuk menulis rancangan surat kepada residen tentang apa yang terjadi. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat, tetapi cuaca begitu gelap, sehingga lampu-lampu masih menyala.
Sejurus kemudian kata Van Zuylen: "Maaf tuan, untuk sementara saya berhenti menulis saja. Saya merasa gelisah."
Baru saja ia mengatakan itu, ketika kami mendengar ribut-ribut. Laki-laki, perempuan dan anak-anak berlarian sambil berteriak: "Banjir! Banjir!"
Van Zuylen dan saya segera keluar dan menasihati orang-orang itu agar berlindung saja di rumah saya, karena rumah saya terletak di tempat yang agak tinggi dan dibangun di atas tiang. Tetapi tak lama kemudian air pasang kembali ke laut, sehingga semuanya tenang kembali.
Baca Juga : Walau Alami Erupsi Setinggi 1.000 Meter, Tapi Status Gunung Anak Krakatau Tidak Membahayakan
Ketenangan itu tak berlangsung lama: sejurus kemudian air laut kembali lagi dengan debur dan gemuruh yang menakutkan. Di rumah saya saat itu sudah ada sekitar tiga ratus orang pengungsi. Saya mondar-mandir di antara mereka untuk agak menenangkan mereka.
Tiba-tiba saya mendengar serambi depan runtuh dan air segera menerjang ke dalam rumah. Saya menganjurkan mereka untuk pindah ke serambi belakang. Baru saja saya mengatakan itu, tiba-tiba seluruh rumah roboh berantakan dan kami semuanya terseret oleh arus air.
Setelah itu saya tak tahu lagi apa yang terjadi. Saya berhasil meraih sekerat papan dan mengapung mengikuti aliran air, sampai kaki saya tersangkut sesuatu sehingga papan itu harus saya lepaskan.
Setelah itu saya berhasil menggapai beberapa keping atap. Saya berpegangan erat-erat sampai air kembali ke laut dan kaki saya menginjak tanah. Saya menggunakan jas saya untuk melindungi kepala dari hujan lumpur.
Baca Juga : Inilah Io, Satelit Planet Jupiter yang Memiliki Banyak Gunung Berapi
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR