Baca Juga : Jika Gunung Api Ini Meletus, Seluruh Penerbangan di Eropa Akan Dihentikan, Ini Alasannya
Demikianlah kisah beberapa saksi mata yang mengalami secara pribadi malapetaka Krakatau itu. Para pengamat waktu itu setelah mengumpulkan data yang digeroleh, menyimpulkan bahwa letusan Krakatau bulan Agustus 1883 itu tidak disertai atau didahului oleh gempa kuat. Di beberapa tempat memang terasa guncangan ringan.
Bulan dan matahari berwarna-warni
Yang meminta korban jiwa maupun kerusakan paling berat ialah air pasang yang melanda pantai-pantai yang berbatasan dengan Selat Sunda dan utara Pulau Jawa. Hanya sebagian kecil korban diakibatkan oleh abu panas, sedang awan panas atau gas beracun tidak tercatat.
Dari laporan-laporan ternyata bahwa gelombang pasang itu terjadi tiga kali, yang pertama pada hari Minggu pukul 18.00, pada hari Senin sekitar pukul 06.30 dan pukul 10.30. Gelombang yang terakhir adalah yang terbesar, yang menyebabkan kerusakan paling banyak.
Penghancuran Teluk Betung dan Caringin terutama diakibatkan oleh gelombang terakhir itu.
Setelah aktif selama 121 hari sejak bulan Mei dan puncak ledakan tanggal 28 Agustus itu akhirnya semuanya menjadi tenang kembali. Krakatau lenyap seperti ditelan bumi; hampir seluruh belahan utara pulau itu hilang.
Baca Juga : Jika Gunung Api Ini Meletus, Seluruh Penerbangan di Eropa Akan Dihentikan, Ini Alasannya
Yang tinggal hanya batuan sepanjang 813 meter. Gunung berapi Danan dan Perbuatan juga gaib, dan di tempat itu terbentuk suatu kaldera raksasa yang berdiameter 7,4 km.
Abu halus yang dilontarkan ke angkasa ditiup ke arah barat oleh angin dan keliling dunia dengan kecepatan 121 km tiap jamnya. Setelah enam minggu, dalam bulan Oktobcr 1883 suatu sabuk debu dan abu halus menyebar sekitar bumi.
Hanya dua hari setelah letusan abu halus itu sudah meliputi benua Afrika dan lima belas hari kemudian telah mengitari bumi, mengakibatkan suatu kabut di seluruh daerah khatulistiwa yang menyebar sedikit demi sedikit.
Pada tanggal 30 November kabut itu mencapai Eslandia. Kabut debu itu menyebabkan pelbagai dampak optik, termasuk senja kala yang gilang gemilang, matahari dan bulan berwarna dan munculnya corona. Di banyak tempat di dunia terlihat matahari atau bulan berwarna merah jambu, hijau, biru.
Baca Juga : Ada di Kawah Gunung Api Hingga di Bawah Tanah, Inilah 7 Desa Paling Tersembunyi di Dunia
Enam bulan setelah letusan Krakatau, penduduk kota Missouri di Amerika melihat matahari kuning dengan latar belakang langit hijau. Pada tanggal 29 Descmber di Hankow (Cina) orang melihat matahari tiba-tiba menjadi hijau, kemudian merah lalu kdcmbali lagi hijau.
Sebuah majalah populer Belanda memberi judul karangan tentang letusan Krakatau "Lebih hebat daripada bom atom". Ledakan bom atom bukan apa-apa dibandingkan dengan letusan Krakatau.
Bom atom pertama yang diledakkan sebagai percobaan di dekat Los Alamos pada tanggal 16 Juni 1945 memancarkan energi sebesar 0,019 Megaton, sedangkan ledakan Krakatau diperkirakan sebesar 410 Megaton!
Kekuatan letusan itu setara dengan 21.428 bom atom. Sedang korban jiwa yang direnggutnya oleh gelombang pasang merupakan yang tertinggi yang pernah tercatat sampai hari ini.
Ini belum terhitung korban tidak langsung yang meninggal oleh penyakit dan kelaparan yang terjadi kemudian.
Baca Juga : Selama Seminggu, Telah Terjadi 464 Gempa di Gunung Api Yellowstone, Berbahayakah?
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR