Intisari-Online.com - Waduk Jatigede, Sumedang dulu saat dibuat memang harus mengorbankan enam desa yang ada di sekitar sana.
Di genangan Jatigede ada enam desa yang ditenggelamkan yaitu, Desa Cipaku, Leuwideung, Jatibungur dan Cibogo di Kecamatan Darmaraja. Desa Sukakersa (Jatigede) dan Desa Padajaya (Wado).
Saat awal pembangunannya dulu di tahun 2015, proyek waduk dan bendungan Jatigede ini sempat menuai protes dari warga desa yang tidak rela jika harus kehilangan rumah yang selama ini telah mereka tempati.
Namun proyek tetap dijalankan dan warga diberi uang ganti rugi atas rumah mereka.
Saat ini Waduk Jatigede sudah beroperasi selama 3 tahun dan pada hari Sabtu kemarin (15/9/2018) terlihat reruntuhan Desa Cipaku muncul kembali karena air di waduk sedang surut.
Akibat kemarau yang melanda Kabupaten Sumedang sejak beberapa bulan lalu, genangan air di Waduk Jatigede menyusut sehingga sejumlah puing bangunan di desa yang tenggelam kembali terlihat muncul ke permukaan.
Air menyusut sejauh 300 meter dari batas air awal di Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja.
Fotografer Kompas.com mengabadikan pemandangan dari udara permukiman yang sebelumnya "hilang" terendam Waduk Jatigede dan kini muncul kembali, Sabtu (15/9/2018).
Tampak puing-puing bangunan yang kembali terlihat akibat kurangnya debit air Sungai Cimanuk tersebut.
Pemakaman di Desa Cipaku juga kembali muncul. Nampak makam-makam berjajar, sebagian besar makam tersebut bahkan masih lengkap batu nisannya.
Waduk Jatigede saat ini bisa disebut waduk terbesar nomor 2 di Indonesia. Waduk ini berfungsi untuk sarana irigasi pertanian dan dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga iar (PLTA) yang memasok listrik untuk area Jawa Barat dan sekitarnya.
KOMENTAR