Menyusuri nenek moyang manusia atau kerabat terdekatnya merupakan proses ilmiah yang terus berkembang sekaligus kontroversial.
Neanderthal sendiri adalah spesies yang bisa dibilang keturunan Homo genus atau subspesies dari Homo sapien. Mereka ditemukan di zaman Pleistosen dan memiliki perawakan layaknya manusia. Perbedaan signifikannya adalah lebih pendek, lebar, memiliki tulang pipi bersudut, alis menonjol, memiliki punggung bukit, dan hidung besar.
Ditemukan pertama kali di tahun 1856 saat para penambang tidak sengaja menggali sebuah tulang di Lembah Neander dekat Dusseldorf, Jerman. Charles Darwin menjadi ilmuwan yang mempopulerkan Neanderthal melalui karya bertajuk The Origin of the Species pada tahun 1859.
(Mahluk Kecil Tanpa Bokong dan Bermulut Besar Ini Diklaim Sebagai Nenek Moyang Tertua Manusia)
Sekitar 400 lebih fossil spesies yang hidup di zaman es ini ditemukan dan terus dipelajari. Kebanyakan dari Neanderthal ditemukan di gua sehingga mereka sering disebut sebagai manusia gua. Mereka berasal dari Afrika akan tetapi melakukan migrasi ke Eurasia saat masih menginjakkan kaki di Bumi.
Jadi apakah manusia adalah keturunan Neanderthal? Dalam karya Darwin yang bertajuk The Descent of Man (1871), ia mengatakan bahwa Neanderthal bukan nenek moyang manusia. Ilmuwan asal Inggris ini mengatakan bahwa ukuran tengkorak Neanderthal lebih besar dan berbeda dibanding manusia.
“Perlu dicatat bahwa tengkorak yang dimiliki mahluk zaman purbakala seperti Neanderthal dapat dibilang cukup berkembang dan berkapasitas,” ungkap Darwin. Walaupun memiliki kemiripin, ia menolak pernyataan bahwa manusia adalah keturuan Neanderthal.
Mereka adalah kita, kita adalah mereka
Sebuah jurnal berjudul "A Draft Sequence of the Neanderthal Genome" yang diterbitkan pada Science.sciencemag.com di tanggal 7 Mei 2010 menjadi salah satu pendukung pernyataan Darwin. Dalam penelitiannya para ilmuwan membedakan manusia dengan Neanderthal akan tetapi sebuah fakta menarik kerap muncul.
“Cukup mengejutkan adanya impilikasi kawin silang antara Neanderthal dan manusia modern di masa lalu,” ungkap Chris Stringer selaku professor dan pemimpin penelitian asal-usul manusia di London Natural History Museum.
Penelitian ini ditemukan karena melihat kehadiran DNA Neanderthal di manusia dan sebaliknya yang tidak disangka oleh pakar evolusi. Mereka mendapatkan kesimpulan ini setelah mendapatkan tulang Neanderthal yang ditemukan di Gua Vindija, Kroasi. DNA tulang ini diambil dan disempurnakan melalui piranti lunak di komputer.
(Studi: Evolusi Ternyata Menurunkan Kemampuan Belajar Kita)
Di sisi lain ilmuwan bernama Ernst Mayr memberikan definisi di buku yang berjudul Systematics and The Origin of Species (1942) bahwa spesies adalah populasi organisme yang bisa melakukan reproduksi satu sama lain dan secara reproduktif terisolasi dari populasinya sendiri.
Mayr mengatakan karena manusia dan Neanderthal dikenal sebagai populasi reproduktif yang terisolasi, mereka merepresentasikan satu spesies. “Mereka adalah kita, dan kita adalah mereka,” tambahnya.
Jadi penelitian menunjukkan Neanderthal bukanlah keturunan manusia akan tetapi manusia modern memiliki gen mereka dari perkawinan campur. Sains akan terus berkembang dan seiring zaman akan disempurnakan, laiknya asal-usul manusia yang sesungguhnya.
Source | : | mashable.com,livescience.com,darwinthenandnow.com,sciencemag.org,eurekalert.org |
Penulis | : | Bramantyo Indirawan |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR