Itu sebabnya telur, daging, dan kembang kol (yang banyak mengandung sulfur) punya peran besar dalam memproduksi bau busuk.
Masalahnya ada di saluran cerna
Gas flatus normalnya berasal dari tiga sumber, yaitu udara yang tertelan melalui mulut, gas yang diproduksi oleh bakteri usus (terutama usus besar), serta gas yang berdifusi melalui darah ke dalam saluran pencernaan.
Produksi gas ini akan menjadi gangguan bila disertai gangguan fungsional atau infeksi di sepanjang saluran cerna.
Gangguan fungsional dapat disebabkan, misalnya, oleh udara yang tertelan melalui mulut. Tetapi hal ini jarang menjadi penyebab dari akumulasi gas di dalam usus yang berlebihan.
Gas dari mulut biasanya hanya menyebabkan timbunan gas yang berlebih di dalam lambung. Kita biasanya menelan udara dalam jumlah kecil saat makan dan minum.
Jumlah udara yang tertelan bisa lebih banyak jika kita makan dan minum secara terburu-buru, mengunyah permen karet, serta merokok.
Baca juga: Seorang Pilot Terpaksa Melakukan Pendaratan Darurat karena Ada Penumpang Kentut, Kok Bisa?
Jika jumlah gas terlalu banyak di lambung, gas itu akan dikeluarkan lewat mulut alias sendawa. Sendawa atau bertahak berisi nitrogen, oksigen, dan karbondioksida dari dalam lambung.
Sebagian gas dari lambung ini diteruskan ke rektum untuk dikeluarkan sebagai buang angin. Hal ini, kata Robert, bisa terjadi bila sfingter pilorus (otot yang memisahkan lambung dan usus halus) lemah sehingga saat kontraksi tidak dapat menutup dengan sempurna. Terjadilah aliran gas yang berlebih ke saluran pencernaan bagian bawah.
Gangguan penyerapan laktosa juga merupakan salah satu penyebab flatus yang berlebihan. Laktosa adalah gula yang dapat dicerna namun penyerapannya kurang baik, misalnya yang terdapat di dalam susu.
Karena itu, jika seseorang kekurangan enzim laktase (yang mengurai laktosa supaya mudah diserap), ia bisa mengalami masalah kentut.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR