Lindungi kepala dengan bantal, selimut-selimut tebal yang telah dilipat, buku tebal, atau benda-benda yang sekiranya dapat menghindarkan luka pada kepala akibat terkena benda. Pilihan penyelamatan diri bisa juga dengan berlindung di dekat tiang beton atau di bawah kusen pintu. Andai bangunan tiba-tiba ambruk, biasanya areal seperti ini menciptakan sedikit ruang untuk berlindung.
(Baca juga: Nenek 100 Tahun Ini Berhasil Selamat dari Gempa Bumi Meski Sempat Terjebak di Reruntuhan)
Ini juga berarti, tindakan seperti berlari di koridor, lorong bangunan, tangga kebakaran, atau berada di tengah ruangan, dapat berbahaya. Karena pada ruang ruang tadi, tidak ada perkuatan struktur bangunan. Sekiranya dapat melakukan tindakan lain, cobalah untuk mematikan sumber api, seperti kompor, memutus aliran lisrik, gas, atau mematikan sakelar. Sebab gempa bisa juga diikuti bahaya kebakaran akibat api atau korsleting listrik. Cobalah juga untuk membuka pintu.
Gunanya untuk mempersiapkan jalan keluar jika gempa sudah reda. Biasanya jika bangunan ambruk, pintu akan sulit dibuka karena bengkok tertimpa material di atasnya.
Cari informasi yang benar
Jika gempa sudah terasa reda, kita bisa mulai melangkah keluar ruangan. Carilah jalan yang cukup aman dari reruntuhan bangunan. Pakai alas kaki, karena biasanya terdapat pecahan kaca, kayu, atau paku. Masyarakat di Jepang mengantisipasi keadaan ini dengan menyediakan sepatu di bawah dipan untuk melindungi kaki. Waspadai juga material yang ringkih, karena sewaktuwaktu bisa saja jatuh.
Ketika berada di luar ruangan, segera menjauh dari bangunan atau menuju lapangan terbuka. Jangan berdiri di teras atau koridor bangunan, walau sepintas terlihat aman. Karena sewaktu-waktu bangunan dapat roboh tanpa diperkirakan sebelumnya. Sekiranya berada di dekat bukit, jurang atau sungai, jauhi areal tersebut karena sewaktu-waktu dapat terjadi longsor.
Menurut Noer Isrodin, tak kalah penting adalah mencari informasi yang benar. Siaran radio biasanya akan menginformasikan tentang kondisi gempa dan bahaya yang mungkin dapat mengancam. Terutama bagi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai yang dapat terancam bahaya tsunami. Sambil melakukan tindakan evakuasi ke tempat yang lebih aman, pastikan tentang ancaman dari sumber-sumber yang resmi, seperti berita atau pengumuman petugas.
Mengetahui informasi terasa penting agar tidak terjadi kepanikan. Masyarakat yang jumlahnya bisa mencapai ribuan pada saat yang bersamaan bisa turun ke jalanan. Dalam situasi seperti itu bahaya lain mengancam yakni kecelakaan lalu lintas. Apalagi jika semua orang mengeluarkan kendaraan bermotor.
Di Jepang sendiri, kendaraan yang dianjurkan untuk evakuasi adalah sepeda. Dalam situasi seperti itu, jalan terbaik tentu berjalan kaki. Kenakan pakaian yang nyaman dan tidak perlu repot dengan urusan barang-barang yang di rumah. Keselamatan did tetap nomor satu.
Sekiranya sudah mempersiapkan bekal sebelum bencana, tempatkan dalam sebuah tas ransel beberapa perlengkapan bertahan hidup seperti air minum, makanan kering, obat-obatan, pakaian cadangan, senter, radio, serta uang tunai.
Lapor ke Basarnas
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR