Daratan Tiongkok juga punya kisah tentang Ye Xian yang ditulis oleh Tuan Ch'eng-shih pada tahun 850 Ye Xian diceritakan sebagai seorang gadis yatim yang bersahabat dengan seekor ikan, namun suatu hari ikan itu mati dibunuh ibu tirinya.
Gadis itu tetap menyimpan tulang ikan yang ternyata membawa tuah. la datang ke sebuah pesta musim semi, namun saat terburu-buru pulang, sepatunya ketinggalan dan ditemukan seorang pangeran.
Dalam kisah ini Ye Xian digambarkan memiliki kaki kecil.
Kisah Cinderella modern atau yang banyak diceritakan saat ini berakar dari kisah yang ditulis Charles Perrault, pengarang Prancis, pada tahun 1697.
Awalnya gadis itu bernama Cendrillon, tapi ketika kisahnya dialihbahasakan dan meluas ke negara-negara Eropa lain, namanya berubah menjadi Cinderella.
Baca juga: Bak di Negeri Dongeng, Inilah 5 Desa Terpencil yang Super Indah di Dunia
Banyak orang berpendapat Cinderella cuma nama julukan. Maka muncul gosip konyol kalau nama asli gadis itu sebenarnya Ella.
Karena sering membersihkan jelaga perapian (Inggns: cinder) lalu jadilah nama Cinderella. Ada juga yang mengartikan nama itu sebagai: kesuksesan setelah melewati kesengsaraan.
Menariknya, dalam ragam versi kisah Cinderella rupanya terekam juga situasi beserta adat istiadat masyarakat pada masa itu.
Rhodopsis misalnya, tidak menerima perlakuan kejam dari ibu tiri karena dia adalah budak.
la juga tidak bertemu raja dalam suatu pesta, tapi karena seekor elang yang mencuri sepatu berwarna merah bunga mawarnya. Jenis sepatu yang mungkin ngetren saat itu.
Sedangkan Yeh Xian diceritakan tidak datang ke pesta istana, tapi festival tahunan musim semi yang menjadi semacam ajang perjodohan.
Di festival ia memakai sepatu tenunan berwarna emas dengan sol keemasan pula.
Jika dalam berperan adalah burung, Yeh Xian memelihara ikan. Ibu tiri di cerita ini juga diceritakan hanya memiliki seorang putri
Ada persamaan dan perbedaan, tapi sampai sekarang tidak ada yang bisa memastikan apakah kisah ini memang berasal dari satu akar atau bukan. (*/TJ – Intisari Mei 2008)
Baca juga: Bagai Dongeng, Penulis Buku Anak Ini Menikah Dengan Gelandangan Hanya Gara-gara Mata
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR