“Kami sudah menikah selama 55 tahun,” ujar Margaret. “Orang-orang bertanya mengapa aku tidak meninggalkan John di rumah sakit, dan aku bilang tidak. Itu sudah lama.
“Anda tidak bisa meninggalkan orang yang sudah lama bersama Anda. Itu tidak mungking.”
John dan Margaret bertemu di sebuah pertandingan kriket. Waktu itu Margaret sedang membantu kakak perempuannya yang suaminya adalah pemain kriket. Sementara John sudah lumayan lama menjadi rekan setim kakak iparnya itu.
“Kurasa John dan aku langsung tertarik satu sama lain waktu itu juga. Ia enam tahun lebih muda dari aku … masih brondong. Orang-orang menganggap aku suka brondong, tapi aku tidak pernah menganggapnya begitu,” cerita Margaret.
Pada akhirnya mereka memutuskan untuk menikah, dan hidup mereka berjalan dengan indah. John melanjutkan pekerjaan sebagai seorang arsitek, sementara Margaret adalah sekretaris seorang pustakawan di Guilford Library.
Mereka kerap melancong bersama-sama, tak heran jika teman-teman mereka tersebar di beberapa wilayah di seluruh dunia. Margaret pikit, mungkin ini salah satu alasan kenapa pernikahan mereka cukup bahagia dan menyenangkan.
“Kami menyukai pekerjaan masing-masing,” terang Margaret. “Aku pikir itu penting. Kami juga punya banyak teman. Aku tidak peduli dengan apa yang kami miliki, selama kami bisa bepergian untuk mengunjungi teman-teman kami, aku rasa itu cukup membahagiakan.”
Dr Ray Slater (88) dan Faye Slater (81)
Faye tidak percaya Ray menemukan saputangannya. Tidak percaya sama sekali.
“Ia mengambil saputanganku sekarang, apakah kau melihat itu?” tanya Faye. “Lalu besok ia akan mengatakan, ‘Apa yang kau lakukan dengan saputanganku?”
Faye dan Ray saling mempercayai satu dengan yang lain. Mereka jatuh cinta saat bekerja di bisnis yang mereka telah meninggalkan pasangannya untuk hidup bersama—menentang keinginan orangtua masing-masing.
“Aku punya bisnis,” Ray bercerita, “aku mencari (karyawan) dan Faye—yang pada dasarnya seorang sekretaris yang sangat baik—membuat saya yakin bahwa ia akan lebih bahagia jika bekerja untukku.”
“No comment,” sela Faye.
Ray bilang bahwa mereka pertama kali bersama ketika Natal. “Kami saling jatuh cinta dalam bisnis kami yang kecil. Kami akhirnya bersama-sama, tanpa restu orangtua dan sebagainya. Kami harus membuktikan kepada semua orang, oleh karena itu kami harus pindah,” tambah Ray.
Ray sejatinya berat meninggalkan ibunya. Ia seolah mendengar protes ibunya di dalam hati ketika ia memutuskan pergi: “Raymond, kamu tidak bisa begitu.” Tapi ia mantap untuk tetap pergi. Ia harus meninggalkan semuanya, dan fokus menjaga Fay dan membuatnya bahagia. Fay adalah prioritasnya saat itu.
“Kami saling mencintai, dan itu adalah faktor utama dalam hidup kami. Kami saling mencintai dan kami membesarkan dua anak kami dengan cara yang sama. Saya pikir itulah kunci utama yang membuat kami selalu bersama-sama. Fakta bahwa kami saling mencintai dan kami saling percaya.”
“Dan kami pun bahagia,” sergah Faye.
Lebih dari setahun yang lalu Fay dan Ray harus pindah rumah ke panti jompo. Ada kemungkinan Faye terkena Alzheimer.
Bagaimapun juga, ini telah mengurangi sedikit kebahagiaan mereka. Sebelum pensiun, Ray bekerja di bidang penerbangan, tepatnya di bidang sertifikasi kontrol simulasi penerbangan. Sementara Faye bekerja sebagai seorang sekretaris. Hidup mereka benar-benar lengkap.
Ray fokus pada menjaga Faye, sementara Faye memastikan dirinya sukses menyalurkan ilmu pengetahuan kepada kedua anak mereka. Mereka benar-benar merasa beruntung dengan kehidupan yang mereka jalani.
Mereka mencoba untuk mengajarkan kepada anak-anak mereka bahwa kebahagiaan adalah yang paling penting dalam kehidupan, bukan uang. “Jangan khawatir jika kalian tidak punya ribuan pounds. Kalian masih bisa bahagia,” nasihat Faye.
Begitulah, jika sudah cinta, panti jompo pun berasa surga!
Source | : | metro.co.uk |
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR