Advertorial

Sekutu Ramai-Ramai Menghancurkan Nazi Demi Memperebutkan Senjata Canggihnya, tapi Kemudian Malah Menggunakannya untuk Saling Berperang

Agustinus Winardi
Moh. Habib Asyhad
Agustinus Winardi
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Sekutu Ramai-Ramai Menghancurkan Nazi  Demi Memperebutkan Senjata Canggihnya  Tapi Kemudian Malah  Menggunakannya Untuk Saling Berperang
Sekutu Ramai-Ramai Menghancurkan Nazi Demi Memperebutkan Senjata Canggihnya Tapi Kemudian Malah Menggunakannya Untuk Saling Berperang

Intisari-Online.com -Pada awal Perang Dunia II kekuatan udara Nazi Jerman sangat superior dalam kancah medan perang yang berlangsung di kawasan Eropa Barat.

Pesawat-pesawat tempur Angkatan Udara Jerman (Luftwaffe) dengan mudah merontokkan pesawat tempur Inggris dan Prancis sekaligus melumpuhkan pertahanan darat (Maginot Line) yang susah payah dibangun negara Napoleon Bonaparte itu.

Waktu itu, militer Jerman memang sudah memiliki kesadaran bahwa kekuatan udara akan menjadi penentu kemenangan PD II.

Pasalnya, berdasar pengalaman perang saudara di Spanyol (1936-1939) dan pendudukan Jepang atas Shanghai (1932) membuktikan, serangan udara sangat menentukan jalannya pertempuran.

Sebab itulah Jerman pun membangun kekuatan udaranya secara besar-besaran.

Tidak hanya yang bermesin piston, Nazi Jerman juga mengembangkan pesawat-pesawat tempur pembom bermesin jet.

Baca juga:Operasi Bertram: ketika Pasukan Inggris Melakukan Tipuan Perang untuk Mengecoh Nazi Jerman di Front Afrika

Melalui doktrin perang serangan kilat (blitzkrieg), Nazi Jerman sangat paham jika daya gempur dan kecepatan akan menjadi penentu sukses tempur melawan musuh yang jumlahnya lebih besar.

Upaya Luftwaffe menciptakan pesawat tempur bermesin jet bukan sekedar mimpi karena dalam tempo singkat (1940-1944) pesawat tempur Nazi, khususnya Me-262, sudah bisa turun ke gelanggang medan perang.

AS dan Inggris pada saat yang sama sebenarnya juga sedang berusaha keras menciptakan jet tempur. Tapi dari sisi perkembangan dan kesiapan operasional masih tertinggal jauh dibandingkan proyek pesawat tempur bermesin buatan Nazi.

Inggris yang menjelang akhir PD II berhasil menciptakan pesawat jet Gloster Meteor bahkan belum siap operasional menghadapi mesin-mesin perang .

Baik AS, Inggris, Prancis, maupun Rusia yang pada PD II bersama-sama menggempur Nazi sebenarnya sudah mengetahui adanya program rahasia Nazi khsusnya jet tempur dan teknologi militer lainnya.

Baca juga:Pasukan Nazi Jerman yang Garang dan Sangar Itu Ternyata Sangat Gemar Minum Fanta

Secara inteligen militer, keempat negara itu pun memiliki misi sama untuk merampas proyek senjata rahasia Nazi setelah melumpuhkan pasukan Nazi Jerman.

Ketika pasukan Sekutu dan Uni Soviet berhasil mendesak pasukan Nazi Jerman dan telah menyeberangi Sungai Rhine, motivasi negera-negara pemenang perang PDII itu mulai berbeda.

Baik militer AS, Inggris, Prancis, dan Rusia diam-diam saling berlomba mendapatkan aset teknologi militer yang sedang dikembangkan oleh Nazi Jerman.

Dalam upaya mendapatkan program pengembangan teknologi militer khususnya pesawat tempur, militer mendapatkan dokumen dan prototipe persenjataan terbanyak.

Inggris yang secara khusus mengincar pengembangan pesawat tempur Nazi dan mengirimkan tenaga ahlinya hanya mendapatkan sedikit dokumen tapi berarti banyak.

Baca juga:Suka Atau Tidak Pasukan Payung Nazi Jerman Tetap yang Terhebat Hingga Saat Ini

Menjelang akhir PD II, para ahli penerbangan Inggris sedang berusaha keras menciptakan mesin jet tempur menggunakan mesin Rolls Rouce tapi segera mendapatkan hasil.

Ketika para ahli Inggris itu mengunjungi fasilitas pengembangan pesawat tempur yang dibangun Herman Goring, yang juga dikenal sebagai Fasilitas Herman Goring, mereka hanya bisa ternganga keheranan.

Para ahli penerbangan Inggris juga mengagumi mesin jet tempur Nazi BMW 003 yang sudah jadi yang dirancang oleh pakar penerbangan Nazi, Doktor H Oestrich.

Para ahli penerbangan Inggris mengakui hingga akhir PD II, RAF memang belum berhasil menciptakan mesin jet.

Para ahli itu bahkan mengakui bahwa rancangan serta fasilitas untuk pengembanagn pesawat di Inggris tertinggal jauh dibandingkan yang dimiliki Nazi.

Inggris kemudian membawa pulang mesin jet BMW 003 bersama perancangnya .

Baca juga:Lewat Operasi Rahasia, Inggris Berencana Bunuh Adolf Hitler tapi Batal karena Ia Malah Membantu Sekutu, Kok Bisa?

Fasilitas pengembangan pesawat tempur Inggris pun dibangun seperti Fasilitas Herman Goring di Farnborough dan setelah itu perkembangan teknologi penerbangan Inggris langsung berkembang pesat.

Selain Dr Oestrich, Inggris juga membawa pulang ahli teknisi terowongan angin untuk menguji pesawat Nazi, Dietrich Kuchemann, yang kemudian menjadi perancang pesawat dan terowongan angin terhebat di Inggris.

Kuchemann selanjutnya mengajak bergabung mantan koleganya Johannes Weber dan Karl Doetsch dan dari tangan para ahli perancang pesawat mantan Nazi itu lahirlah proyek pesawat supersonic Inggris-Perancis, Concorde.

Para ahli penerbangan Nazi yang makin bersemangat untuk mengembangkan pesawat-pesawat tempur Inggris bahkan diangkat menjadi warga negara Inggris.

Sementara itu Rusia yang membawa pesawat-pesawat eksperimental dan ahli penerbangan Nazi juga memiliki semangat yang sama.

Salah satu pesawat Nazi yang dikembangkan Rusia adalah pesawat tempur supersonik eksperimental Nazi bermesin roket DFS 236 juga memiliki semangat yang sama.

DFS 346 yang oleh militer Rusia diberi nama Samolyot 346 merupakan pesawat tempur bersayap datar yang dirancang ahli penerbangan Nazi, Felix Kracht.

Pesawat yang dirancang di German Institute for Sailplane Flight itu penggrapan prototipenya hampir rampung menjelang PD II berakhir.

Militer Rusia yang kemudian merampasnya pun menjadi sangat antusias mengembangkannya karena bibit-bibit persaingan persenjataan dengan AS sudah mulai tumbuh.

Rusia selanjutnya memanfaatkan DFS 236 untuk menyaingi program pesawat supersonic yang diproduksi oleh AS, Bell XS-1.

Ketika pasukan Sekutu menemukan pusat pengembangan teknologi pesawat tempur yang berada di Halle, Jerman, pasukan Rusia yang juga memasuki kota itu mulai menimbulkan konflik.

Komandan pasukan AS yang bertugas mengamankan kota Halle berusaha keras mencegah pasukan Rusia menguasai aset-aset teknologi penerbangan di Halle.

Tapi pasukan Rusia yang secara diam-diam membawa sejumlah ahli teknologi penerbangan berhasil menemukan beberapa ahli penerbangan Nazi di Halleseperti Heinson dan test pilot Flugkapitan Zise dan kemudian membawanya ke Rusia.

Selain di kota Halle, Nazi juga memiliki infrastruktur pengembangan pesawat, khususnya terowongan angin untuk menguji pesawat di kawasan kota Munich.

Kawasan pengembanagn aviasi Nazi yang dinamai Munich Aviation Research Institute merupakan terowongan angin berteknologi dan berlokasi di Lembah Otz, Tyrol.

Proyek terowongan angin yang diberi nama sandi Building Project 101 itu infrastruktur dan perangkatnya sudah hampir selesai dibangun menjelang PD II berakhir.

Terowongan angin itu merupakan bangunan terbesar di dunia pada massa itu dan memeliki energi listrik tenaga air sebanyak 76 megawatts.

Militer AS sangat bernafsu membawa turbin terowongan angin itu ke AS menggunakan kapal laut tapi ditentang oleh Perancis.

Dari sisi nasionalisme meskipun Perancis merasa berutang budi kepada AS setelah dibebaskan dari cengkeraman penjajahan Nazi Jerman, tapi dari sisi untuk memajukan teknologi militer Perancis juga ingin mandiri.

Akhirnya setelah melalui perdebatan sengit dan juga kontroversi, Perancis berhasil memenangkan hak untuk membawa turbin terowongan angin raksasa Nazi ke negaranya.

Apalagi untuk mengangkut turbin itu Perancis cukup menyediakan kereta api dan proses pemindahan turbin Lembah Otz menjadi lebih lancar karena dibantu para teknisi Jerman.

Berkat terowongan angin mutakhir buatan Nazi program pengembangan teknologi pesawat tempur Perancis langsung mengalami kemajuan pesat hinggai.

Terowongan angin buatan Nazi itu bahkan masih dioperasikan Perancis hingga tahun 2000-an.

AS dan Inggris yang terus menjadi Sekutu dan sama-sama mengembangkan pesawat jet yang dikembangkan dari Me-262, Bell XP-59, program pesawat jet AS yang telah dikerjakan sejak tahun 1942.

Sedangkan Rusia berkat pengembangan Me-262, sukses menciptakan jet tempur MiG-15 yang sempat membuat kelabakan AS dalam Perang Korea.

Seiring perkembanagn teknologi militer untuk memenuhi kebutuhan persenjtaan di medan perang, khususnya Perang Dingin,persenjataan yang dikembangkan dari teknologi Nazi pun bergerak pesat.

Tak hanya jet tempur tapi juga rudal balistik antarbenua yang dikembangkan roket V-2 Nazi dan lainnya.

Sejumlah senjata rahasia Nazi yang kroversi seperti pesawat UFO, senjata laser, pengacau cuaca, dan lainnya konon masih mengilhami sejumlah negara untuk menciptakannya hingga saat ini.

Yang jelas upaya mengembangkan persenjataan spektakuler Nazi itu hanya akan menjadi mesin-mesin perang yang mematikan jika tidak bisa digunakan secara bijaksana.

Nazi Jerman sendiri sudah menciptakan malapetaka kemanusiaan pada PD II.

Sejumlah pertempuran besar yang kemudian berlangsung seperti Perang Korea, Perang Vietnam, Perang Teluk, dan lainnya telah membuktikan bahwa hasil dari pengembangan yang pernah diciptakan Nazi benar-benar sangat mengerikan.

Jika persenjataan itu bisa digunakan secara bijaksana hasilnya memang berguna untuk memelihar perdamaian mengingat negara yang damai pun adalah negara yang harus siap berperang.

Tapi jika persenjataan itu hanya digunakan demi memperoleh kekuasaan dan kejayaan seperti yang dimpikan oleh Hitler, hasilnya adalah kebinasaan.

Artikel Terkait