Advertorial

Adolf Hitler Ternyata Pernah Ditikung Orang Kepercayaannya dan Dikibuli Ramalan Bintang, Ini yang Kemudian Terjadi

Moh. Habib Asyhad
Intisari Online
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Selain memangsa Rudolf Hess, tangan kanan sang diktator, episode memalukan itu berbuntut pelarangan aktivitas ramal meramal di seantero Jerman.
Selain memangsa Rudolf Hess, tangan kanan sang diktator, episode memalukan itu berbuntut pelarangan aktivitas ramal meramal di seantero Jerman.

Intisari-Online.com -Adolf Hitler membuat Jerman menjadi monster yang sangat ditakuti, meski akhirnya menjadi pecundang dalam PD II.

Selain takluk di medan perang, sang fuehrer ternyata pernah keok dalam "perang astrologi" melawan Inggris.

Selain memangsa Rudolf Hess, tangan kanan sang diktator, episode memalukan itu berbuntut pelarangan aktivitas ramal meramal di seantero Jerman.

Padahal praktik itulah yang sebelumnya membesarkan nama Hitler.

(Baca juga:5 Fobia Aneh Ini Mungkin Belum Banyak Diketahui Sebelumnya, Siapa Tahu Anda Mengalaminya)

Inilah cerita saat Adolf Hitler ditikung orang kepercayaannya dan dikibuli ramalan bintang.

Barangkali sulit dipercaya, selama Perang Dunia II, astrologi menjadi salah satu senjata andalan negara-negara yang sedang berperang.

Menteri Propaganda Jerman saat itu, Josef Goebbels, kerap menyebarluaskan ramalan di surat kabar dalam maupun luar negeri.

Isinya bisa diduga, selalu menyebut-nyebut terangnya bintang Hitler.

Mesin propaganda Nazi bahkan menyebut Hitler sebagai ahli perang sihir sejati, yang akan melenyapkan tentara Inggris dan Perancis dari bumi Eropa.

Lucunya, secara pribadi sebenarnya Goebbels tidak percaya pada ramalan yang dipublikasikannya.

Toh kerja kerasnya banyak membuat pimpinan Nazi kadung meyakini semua ramalan tadi, Kepopuleran Hitler dan panji swastikanya pun kerap dihubungkan dengan ilmu sihir dan okultisme (berhubungan dengan dunia supranatural).

(Baca juga:Heboh Uang Mahar Rp1 Miliar: ‘Mahalnya’ Biaya Meminang Gadis Bugis yang Memicu Kawin Lari)

Partai Nasional Sosialis (Nazi) bahkan dipercaya berakar pada perkumpulan Thule, gerakan rahasia okultisme yang antisemit dan antikomunis.

Hitler sendiri dikenal sebagai orang memiliki pengetahuan luas tentang ilmu putih maupun ilmu hitam.

Meski tak jelas, apakah dia juga menggunakan kemampuan supranaturalnya untuk memanipulasi orang lain.

Ilmu sihir dan supranatural telah lama berkembang di Jerman.

Pada abad ke-16 misalnya, sekitar 100.000 orang mati dibakar karena kedapatan mempraktikkan ilmu sihir.

Di akhir PD I okultisme kembali populer di kalangan rakyat Jerman yang sedang mencari solusi untuk problem sosial dan ekonomi negaranya.

Hipnotis dan astrologi tumbuh paling subur. Para pembaca nasib menjadi seperti selebriti, yang pertunjukannya selalu padat penonton.

Sebuah perusahaan pelayaran bahkan tega memecat karyawannya hanya lantaran saran seorang grafolog (peramal lewat tulisan tangan).

Bersamaan dengan itu, kejahatan berbau klenik ikut meningkat.

Di Hannover, Fritz Haarman ditangkap karena meniru drakula, menggigit dan mengisap darah korbannya sampai mati.

Sementara di dekat Mannheim, seorang petani memukuli istrinya sampai tewas, karena pengusir setan menuduh wanita itu telah mengguna-guna ternak keluarga.

Kotoran di bawah ranjang

Mulanya, Adolf Hitler mengambil keuntungan dari situasi itu.

Tengok saja lambang Partai Nazi, Swastika, yang di berbagai peradaban dianggap sebagai jimat keberuntungan serta tanda kesuburan.

Sedangkan lambang SS yang dikenakan para prajurit elite partai dibentuk dengan gaya huruf Runic Mistik.

Hal itu makin lengkap setelah para perwira kamp-kamp konsentrasi Nazi mengenakan lambang kepala tengkorak dengan dua tulang yang bersilang.

(Baca juga:Ketahuilah, Bukan dari Ayah, Kecerdasan Anak Menurun dari Ibu!)

Heinrich Himmler, reichsfuehrer SS yang sangat disegani, malah percaya dirinya reinkarnasi Raja Jerman abad ke-10, Heinrich I.

Padahal penyebabnya hanya karena ia mimpi bertemu dan berkomunikasi dengan sang raja yang telah lama tiada.

Himmer lantas menyebarkan keyakinannya dengan membentuk Ahnenerbe (riset leluhur), cabang SS yang menyelidiki okultisme dan asal-usul Aryanisme.

Adapun Rudolf Hess, tangan kanan Hitler di partai, jauh lebih bersemangat dari Himmler.

Konon, dia mendasarkan semua keputusan pentingnya pada saran peramal dan astrolog.

Dia juga percaya bahwa diet vegetarian biodinamis dan teori radiasi tanah mempengaruhi perilaku manusia.

Menurut Hess, roh jahat telah dikirim orang Yahudi untuk mengganggunya. Untuk mengusirnya, dia yakin, hanya bisa dengan menggunakan magnet.

Sebelum tidur di sebuah kamar, Hess biasanya memeriksa dulu kondisi tanah dengan tongkat peramal untuk memastikan tidak ada air di bawah permukaan tanah.

Setelah "aman", dia meletakkan magnet di atas dan di bawah ranjang guna mengeluarkan "zat merugikan" yang keluar dari tubuh saat tidur.

Yang lebih gila, saat anak laki-lakinya lahir tahun 1937, Hess meminta sampel kotoran dari para kepala distrik di seluruh Jerman untuk diletakkan di bawah ranjang si bayi, agar tumbuh menjadi "anak Jerman sejati".

Okultisme dan ramalan bintang yang mula-mula menjadi penyemangat utama Adolf Hitler justru dimanfaatkan musuh Jerman untuk memukul balik Sang Fuehrer.

Adalah Ian Flemming, perwira Dinas Intelijen Inggris (yang akhir tahun 1940 dihantui invasi Nazi), yang meyakini kemungkinan serbuan Jerman bakal berkurang jika ada pemimpin Nazi yang terpancing untuk membelot.

Pengarang kisah spionase super James Bond itu lantas mengusulkan penggunaan astrologi untuk memuluskan rencananya.

Elemming paham betul, mesin propaganda Nazi suka membuai rakyat dan prajuritnya dengan ramalan yang menggambarkan kejayaan Hitler.

Nah, agen rahasia Inggris berencana mengambil keuntungan dari kepercayaan sebagian besar rakyat Jerman dan para pemimpin Nazi terhadap astrologi, dengan menyebarkan ramalan palsu.

Mulailah keluar di media massa, perkiraan yang mencemooh peruntungan Hitler.

Sebagai penanggung jawab "pengadaan bahan", ditunjuk Kapten Louis de Wohl, astrolog Jerman terkenal yang membelot ke Inggris tahun 1935.

De Wohl mengetahui detail ramalan yang disukai Hitler, sehingga "misi rahasinya" tidak pernah disadari para pemimpin Nazi.

Di antara hasil olahan de Wohl, ada beberapa yang tepat.

Misalnya tahun 1940, saat banyak orang menduga invasi Nazi ke Inggris tidak terelakkan lagi, de Wohl justru menyatakan sebaliknya.

Kenyataannya, serbuan memang tak pernah datang.

(Baca juga:Sempat Dianggap Enggak Waras, Pria Ini Membuktikan Ide Gilanya Membuat Kita Tercengang)

De Wohl dan Dinas Intelijen Inggris bahkan memalsukan majalah-majalah berbahasa Jerman yang banyak memuat artikel astrologi.

Majalah aspal itu kemudian diselundupkan ke Berlin. Perlahan-lahan sejumlah pemimpin Nazi mulai goyah termakan ramalan palsu.

Orang yang paling terguncang dengan hasutan itu temyata Rudolf Hess. Hess bahkan menyimpulkan, batalnya rencana menaklukkan Inggris tahun 1940 karena Hitler terpengaruh ramalan de Wohl.

Hess yang berhasrat jadi juru damai

Saat pikiran Hess goyang, Dinas Intelijen Inggris makin gencar menggoda.

Berkat bantuan Swiss, Flemming sukses menyusupkan agennya masuk "tim peramal" Hess.

Diam-diam, sang agen berusaha mempengaruhi orang kedua Nazi itu untuk bermitra dengan seorang tokoh Inggris berpengaruh demi terciptanya perdamaian Inggris-Jerman.

Saran itu mengena di hati Hess, yang seperti Hitler, kerap memimpikan persekutuan Inggris-Jerman.

Guna memuluskan rencana, Flemming menghidupkan kembali The Link, organisasi persahabatan Inggris-Jerman sebelum perang.

Dia juga mengusulkan nama Duke of Hamilton kepada Hess sebagai rekan paling pas.

Hess sendiri pernah bertemu Duke di sela-sela Olimpiade Berlin 1936. Keramahan Duke of Hamilton membuat Hess sangat terkesan.

Gosip yang beredar, Duke memiliki akses langsung ke Istana dan Churchill.

Hess juga dibisiki terbuka lebarnya kesempatan membelot lewat sang Duke yang bertugas di pangkalan RAF di Skotlandia.

Pendaratan pesawat kecil di sana dijamin tak akan diketahui London.

Keinginan Hess menjadi juru damai makin kuat setelah bekas mentornya, ahli geopolitik Prof. Haushofer, bermimpi melihat Hess ada di balairung sebuah puri Inggris, mengemban misi perdamaian kedua bangsa.

Hess jadi kian bersemangat.

Namun, sesungguhnya Hess punya alasan pribadi di balik misinya.

Perang membuat tangan kanan Hitler itu terabaikan.

Jabatannya sebagai wakil fuehrer di partai tidak lagi dianggap strategis, karena konsentrasi lebih terfokus pada urusan perang dan politik luar negeri.

Hess berharap, bila peran sebagai juru damai Inggris–Jerman berhasil, dia dapat merebut kembali perhatian Hitler, sekaligus menjadi pahlawan perdamaian.

Merasa mulai mendapat angin, pihak Inggris makin gencar mengirimkan informasi palsu lewat astrologi kepada Jerman.

Agen-agen rahasia Inggris menyebarkan ramalan palsu bakal terjadinya konfigurasi planet tak lazim antara April - Mei 1941.

Rudolf Hess dibisiki peramalnya (yang telah diracuni agen Inggris) bahwa itulah tanda-tanda kejatuhan Adolf Hitler.

Dengan kata lain, itulah saat paling tepat untuk merintis perdamaian dengan Inggris. Karena, lagi-lagi kata bintang, perjalanan Hess akan berlangsung mulus... lus... lus...

Hess benar-benar termakan tipu muslihat.

Pada 10 Mei 1940 dia dan pesawat terbang Me-110-nya nekat lepas landas dari lapangan terbang di Augsburg, Jerman, menuju Petersfied, Skotlandia.

Hess sempat terjun dengan parasut sebelum pesawatnya jatuh.

Begitu yakinnya pada ramalan bintang, Hess langsung menemui patroli tentara Inggris dan minta diantarkan ke Duke of Hamilton.

Karuan, tangan kanan Hitler ini langsung diringkus.

Tertangkapnya Hess menjadi berita besar dan menyulut kegembiraan rakyat Inggris yang sedang dicekam suasana perang.

Senyuman pun mengembang di mana-mana. Rumor setengah mengejek bahkan menyebut pemimpin Nazi lainnya, Goering, bukan tak mungkin menyusul ke London.

"Namun, saya berharap, dia membawa kartu ransumnya," sambung guyonan itu.

Winston Churchill pun mulanya tak percaya, pilot yang masuk wilayah mereka itu wakil Hitler.

Bahkan setelah yakin yang ditangkap tentaranya memang Rudolf Hess, Perdana Menteri Inggris itu tetap memperlakukan pengikut setia Hitler itu sebagai tawanan perang.

(Baca juga:Uang Bisa Membeli Kebahagiaan, Asalkan...)

Proposal perdamaian yang ditawarkan Hess pun ditolak mentah-mentah.

Hitler marah besar

Tipu muslihat Flemming benar-benar membuat Hess mati kutu dan menunjukkan pada rakyat Inggris, Jerman dan dunia pada umumnya, bahwa Nazi yang mengaku uber alles bisa juga dikalahkan.

"Pembelotan" Hess pun membuat para petinggi Nazi berpikir soal kekalahan, walaupun saat itu mereka sedang berada di puncak kejayaannya.

Lalu bagaimana tanggapan Hitler?

Begitu mendengar kabar tentang penangkapan Hess, pemilik kumis Charlie Chaplin itu sangat murka.

Gestapo langsung menginterogasi dan menahan semua ahli astrologi dari okultisme yang terlibat kasus Hess.

Sebulan setelah peristiwa itu, segala bentuk ramalan dan okultisme dilarang dipublikasikan. Pelanggarnya pun diancam hukuman berat.

Pelarangan itu sekaligus menunjukkan kekalahan Jerman dalam perang astrologi melawan intelijen Inggris.

Padahal, jauh sebelumnya, ramalan-ramalan tentang masa depan sang fuehrer menjadi senjata andalan propaganda Nazi.

Karena kepergian Hess berkaitan dengan astrologi, tanda tanya hubungan Nazi dengan okultisme bak terjawab sudah.

Diam-diam, Hitler juga memerintahkan tentaranya menembak mati Hess jika kelak kembali ke Jerman.

Untunglah, perwira yang dicap sebagai pengkhianat itu baru kembali ke Tanah Airnya setelah perang usai dan diadili bersama sejumlah petinggi Nazi lainnya.

Mereka didakwa sebagai penjahat perang. Hess dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman seumur hidup di penjara Spandau.

(Baca juga:Perang Semakin Dekat: Untuk Tangkis Rudal Balistik Korut, AS Kerahkan Kapal Perang Antirudal ke Korsel)

Dia ditemukan mati tercekik di penjara yang sama tahun 1987, setelah permohonan pembebasannya ditolak Rusia, salah satu negara sekutu yang mempunyai "wewenang" atas Hess.

Rusia tidak bisa memaafkan Hess, karena mereka menganggap penerbangan Hess ke Inggris justru membuat Hitler berubah haluan menyerang Negeri Beruang Merah.

Peristiwa itu menelan korban jutaan jiwa rakyat tak berdosa.

Kasus Hess memang telah mencoreng muka Nazi.

Hitler boleh saja menyatakan, tindakan Hess itu lantaran yang bersangkutan mengalami gangguan jiwa.

Namun, rakyat Jerman dan mata dunia tak bisa ditipu. Apabila Hess memang benar mengalami gangguan jiwa, mengapa Hitler menjadikannya wakil fuehrer?

Jawabannya barangkali ada pada joke paling populer di Jerman setelah peristiwa itu.

"Bahwa pemerintah kita gila, itu sih sudah lama kita tahu. Tapi bahwa mereka mau mengakuinya, itu sesuatu baru."

Artikel Terkait