Jika tidak dilakukan secara adil dan tepat, dikhawatirkan akan menimbulkan gejolak dan perebutan tahta.
Oleh karena itu, Raja Airlangga membutuhkan bantuan seseorang yang bijaksana dan memiliki kekuatan spiritual untuk membantunya.
Pilihan pun jatuh kepada Mpu Bharada, penasihat spiritual terpercaya Raja Airlangga.
Konon, Mpu Bharada menggunakan kesaktiannya untuk membagi Kerajaan Kahuripan.
Beliau terbang ke angkasa dan menuangkan air dari sebuah kendi.
Air tersebutlah yang diyakini menjadi batas antara kedua kerajaan yang baru dibentuk, yaitu Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala.
Namun, di tengah proses pembagian, Mpu Bharada mengalami kendala. Jubah yang dikenakannya tersangkut di ranting pohon asam.
Hal ini membuatnya marah dan mengutuk pohon asam tersebut agar menjadi kerdil. Konon, tempat di mana pohon asam itu berada kemudian dikenal dengan nama Kamal Pandak.
Setelah menyelesaikan pembagian kerajaan dan memberikan batas wilayah, Mpu Bharada mengucapkan kutukan.
Kutukannya berbunyi, "Barang siapa yang berani melanggar batas ini, hidupnya akan mengalami kesialan."
Meskipun telah dibagi, perselisihan antara Kerajaan Kediri dan Jenggala tak kunjung reda. Perang pun tak terelakkan.
Pada akhirnya, Kerajaan Jenggala harus mengakui kekalahannya dari Kerajaan Kediri pada tahun 1130-an.
Demikian artikel yang menjelaskan Penjelasan Alasan Airlangga Memerintah Mpu Bharada untuk Membagi Kerajaan Menjadi Kediri dan Janggala.
Pembagian Kerajaan Kahuripan menjadi Kediri dan Janggala, meskipun didasari oleh situasi yang rumit, menjadi bukti kebijaksanaan Raja Airlangga dalam menjaga stabilitas dan kelangsungan kerajaan.
Baca Juga: Usaha-usaha Pembangunan yang Dilakukan Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan
KOMENTAR