Belanda, sebagai penjajah, tidak tinggal diam. Mereka melakukan tindakan represif terhadap orang Batak yang diduga menjadi pengikut Sisingamangaradja XII.
Orang-orang Batak disiksa dan bahkan dibunuh. Selain itu, rumah-rumah mereka dibakar dan pajak hukuman dikenakan.
Pada tahun 1904, pasukan Belanda di bawah pimpinan Letnan Kolonel Gotfried Coenraad Ernst van Daalen menyerang wilayah Tanah Gayo dan sekitar Danau Toba.
Tujuannya adalah untuk mematahkan perlawanan Batak.
Namun, pasukan Sisingamangaradja XII tidak menyerah begitu saja. Mereka melakukan perang gerilya dan berhasil menghindari pasukan Belanda.
Sebelum Belanda melancarkan serangan lagi pada tahun 1907 terhadap sisa pasukan Sisingamangaradja XII di wilayah Toba, mereka memperkuat pasukan dan senjata mereka.
Pertempuran berikutnya antara Belanda dan pasukan Sisingamangaradja XII terjadi di Pak-pak, dan pasukan Belanda dipimpin oleh Kapten Hans Christoffel.
Perjuangan ini mencerminkan semangat ketahanan dan keberanian suku Batak dalam menghadapi penjajahan Belanda.
Faktor Perlawanan Sisingamangaraja XII
Sebagai masyarakat yang hidup dalam alam tradisional, keinginan untuk mempertahankan tradisi-tradisi yang berlaku di lingkungan mereka sangat kuat.
Namun, sebaliknya, mereka juga cenderung menolak pengaruh dari luar yang dianggap mengganggu tradisi tersebut.
Baca Juga: Tujuan Pemerintah Kolonial Belanda Melaksanakan Sistem Tanam Paksa adalah 3 Hal Ini
KOMENTAR